Tuesday, September 22, 2009

Karin di Saudi Arabia

by Mangga Manis » Sat Feb 21, 2009 1:15 am

Sekitar sebulan yang lalu, Dr. Sami Alrabaa mengirimkan naskah dari bukunya, Karin di Arab Saudi, dan meminta saya untuk memeriksanya. Buku ini baru saja diterbitkan.

Kisah-kisah didalam buku Dr. Alrabaa sangat menawan hati tetapi pada saat yang sama juga mengerikan, mencekam dan menggelisahkan hati. Sejak saya mulai membacanya saya tidak ingin berhenti membacanya tetapi ada kalanya saya tidak dapat membacanya lebih lanjut. Saya harus berhenti sejenak, berjalan keluar, untuk menarik nafas dan membersihkan pikiran saya. Kisah-kisah yang mengerikan tentang kekerasan, pelecehan hak-hak manusia, kebiadaban dan kejahatan yang dilceritakan didalam buku ini sungguh sangat keterlaluan. Sulit untuk dipercaya masih ada saja tempat seperti Arab Saudi ini.

Karin adalah seorang wanita Jerman yang diperkosa oleh Polisi Moral (muttawa), dipukuli dan ditahan di Arab Saudi berlawanan dengan keinginannya dan akhirnya dipulangkan ke negara asalnya setelah anaknya yang masih kecil diambil darinya. Kisah Karin ini adalah satu dari banyak cerita menakutkan yang ada dalam buku ini, semakin banyak kisah yang dibaca semakin menyeramkan.

Masalah dengan Arab Saudi, sama dengan negara-negara Muslim lainnya, bukan hanya terletak pada pemerintahnya yang korup dan diktator, tetapi juga terletak pada penduduknya. Orang-orang melakukan kejahatan yang tidak terpikirkan terhadap sesamanya dengan kesadaran penuh, tetapi yang menanggung akibatnya adalah orang-orang asing.

Muslim tidak hanya terbelakang dalam hal teknologi tapi juga dalam hal moral dan spiritual. Etika mereka salah, pikiran mereka jahat dan cara-cara mereka sesat. Ada yang salah dalam cara Muslim melihat dunia. Mereka mempunyai nilai-nilai yang datang dari luar dunia ini dan tidak masuk akal orang-orang yang beradab.

Letak masalah Muslim adalah pada agama mereka. Manusia lahir tidak bersalah dimanapun juga; cara mereka dididik dan nilai-nilai apa yang mereka peluk itulah yang membuat mereka berbeda. Atas nama Islam, Muslim melakukan kejahatan-kejahatan yang membuat darah berdesir. Cerita-cerita yang dituangkan dalam buku ini benar-benar terjadi. Kisah-kisah itu benar-benar nyata dan benar-benar dialami oleh manusia. Akan tetapi, kisah-kisah ini lebih menakutkan dibandingkan dengan cerita-cerita film seram.

Masyarakat Islam dikuasai oleh kegilaan. Tidak ada kata yang tepat untuk menjelaskannya. Islam itu seperti penyakit mental. Semakin sungguh-sungguh sebuah negara mengikuti (ajaran) Muhammad, semakin gila negara itu dibuatnya. Semakin banyak kekejaman dijadikan hukum, semakin sewenang-wenang penguasanya dan semakin biadab penduduknya. Arab Saudi, sebagai pusat kepercayaan Islam (Sunni), adalah negara yang terjahat di dunia, disusul oleh Iran, sebagai pusat Islam Syi'ah.

Satu-satunya harapan untuk orang-orang celaka ini adalah membantu mereka untuk membuang Islam. Islam adalah penyebab dari kebiadaban, kejahatan dan kelambanan berpikir. Manusia sama saja dimana-mana. Kepercayaan merekalah yang membuat tindakan mereka berbeda-beda. Islam tidak bisa direformasi, tetapi dapat dimusnahkan. Sekali dimusnahkan, peradaban dikembalikan dan kisah-kisah yang menakutkan seperti yang diceritakan oleh Dr. Alrabaa itu hanya akan jadi kenangan.

Kita berhutang kepada mereka, kita berhutang kepada anak-anak mereka dan kepada umat manusia untuk menyelamatkan Muslim dari penindasan Islam dan membuat mereka bebas. Ini bisa terjadi jika orang-orang membicarakannya, keluar dari kebisuan dan mengatakan hal yang sesungguhnya mengenai Islam. Dunia harus tahu apa yang terjadi atas nama Islam di negara-negara Muslim. Wanita muda dibohongi oleh laki-laki Muslim dan kehidupan mereka dihancurkan. Hanya kebenaran yang akan membebaskan kita. Alrabaa telah melakukan bagiannya dalam menguak kebenaran yang menyeramkan ini. Sisanya tergantung kepada kita. Didalam kisah-kisah ini terdapat kebenaran yang menyeramkan mengenai Islam.

Buku ini harus menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk alasan apapun. Kalau anda mengetahui ada orang yang akan pergi kesana, berikanlah buku ini kepadanya. Hal itu mungkin dapat menyelamatkan nyawanya.

Ini adalah salah satu kejadian yang dikisahkan dalam buku
KARIN IN SAUDI ARABIA

Najat, seorang wanita saudi berusia hampir dua puluh tahun, terlahir bisu dan tuli. Suatu hari dengan ditemani oleh adik laki-lakinya, Taleb, dia berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan di kota Riyadh. Taleb menurunkan Najat di pusat perbelanjaan itu dan kemudian meninggalkannya untuk melakukan suatu hal lain dan berencana untuk menjemput adiknya satu jam kemudian.

Najat telah selesai berbelanja kurang dari satu jam, kemudian dia pergi keluar dan berdiri di depan sebuah jendela toko dengan maksud supaya adiknya, Taleb, mudah untuk menemukannya. Untuk mengisi waktu Najat melihat-lihat display toko yang dihias dengan indah.

Sebuah mobil polisi "moral" perlahan melintas. Para muttawa (sebutan untuk polisi moral / agama) itu mengemudikan sebuah mobil model terbaru lengkap dengan pengatur suhu udara (AC), juga dilengkapi dengan kulkas tempat minuman penyegar, peralatan radio, teropong, dan borgol. Bagian dalam mobil dibagi menjadi dua kompartemen, bagian belakang dengan kaca jendela yang gelap adalah untuk mengangkut perempuan. Para muttawa biasanya berpatroli pada jalanan yang padat dan lapangan kota, mengawasi setiap gerak langkah para lelaki dan wanita. Dalam kasus ini, pandangan mereka tertumpu pada Najat. Mereka menghentikan mobil dan mengambil teropong untuk mengawasi Najat.

"Lihat itu. Ada seorang pelacur sedang menunggu pelanggannya," kata seorang dari mereka sambil menyeringai mencium bau mangsa, dan menyerahkan teropongnya kepada muttawa yang lain.

"Dia berlagak seolah tidak berdosa. Tunggu saja, pelacur kecil, kami akan menangkapmu."

Sesaat kemudian Taleb datang dan memarkirkan mobilnya. Karena Najat terlihat asyik melihat-lihat display di jendela sebuah toko dan dia bisu dan tuli, maka Taleb keluar dari mobil dan melangkah menuju Najat. Taleb menepuk pundak Najat mengisyaratkan bahwa dia telah di sana untuk membawanya pulang.

Para muttawa yakin bahwa kecurigaan mereka telah terbuktikan. Gadis itu pastilah seorang pelacur. Dengan tergesa-gesa mereka keluar dari mobil dan menyerbu ke arah Taleb dan Najat. Tanpa berkata sepatah katapun, bahkan tanpa bertanya apapun, Taleb dan Najat diringkus dan diseret ke dalam mobil. Najat tidak mampu berteriak karena bisu, dia berusaha memegang dompetnya di tangan kanan dan memukulkannya ke wajah seorang muttawa. Sang muttawa balas menendangnya. Taleb juga berusaha membela diri dan berteriak, "Apa-apain ini? Siapakah kalian? Jangan ganggu aku dan kakakku!".

Taleb dipukul dua kali diperutnya dan akhirnya pingsan. Para muttawa melemparkannya ke dalam kompartemen khusus laki-laki di dalam mobil. Najat di dorong tanpa kasihan ke dalam kompartemen perempuan dan pintu dibanting menutup. Najat memukul-mukul pintu dan menendang lantai mobil. Para muttawa menancap gas mobil dan menertawakan Najat, mengatakan dia terdengar seperti hewan liar yang terjerat perangkap.

Para muttawa membawa tangkapan mereka ke pos mereka. Taleb adalah pengidap diabetes, bila dia marah maka akan langsung pingsan. Karena dia masih pingsan sesampainya di pos polisi agama itu, mereka kemudian mengirim Taleb ke rumah sakit.

Najat kemudian diinterogasi... Namun bagaimana caranya? Dia tidak dapat mendengar ataupun berbicara. Semuanya membingungkan baginya. Seorang muttawa mencopot cadarnya dan memerintahkan Najat menyebutkan nama. Najat hanya membisu, muttawa itu meninju muka Najat. Najat balas memukul balik. Muttawa itu berkesimpulan bahwa seorang wanita yang tidak memiliki rasa hormat kepada laki-laki pastilah seorang pelacur. Dia harus dihukum rajam (dilempar batu sampai mati). Muttawa yang lain mengambil dompet Najat. Najat berusaha merebutnya kembali dan berhasil mencakar muka muttawa itu dengan kukunya. Muttawa itu meringkus Najat dan menelikung tangannya kebelakang dan melemparnya ke dalam sel yang gelap. Muttawa lain membuka dompet Najat dan menemukan sebuah kartu identitas Saudi.

Kepala polisi dengan cepat merumuskan rekomendasi hukuman untuk Najat. Di antaranya dia menulis : "Najat telah bekerja sebagai pelacur dan ditangkap ketika sedang bertemu pelanggan. Kami menyarankan supaya dia dihukum rajam..." Dua muttawa kemudian membawa dokumen itu kepada pangeran Salman, pejabat pemerintah di kepolisian agama (Morality Police Agency). Sang pangeran setuju dengan rekomendasi hukuman rajam dan menandatangani vonis tersebut. Najat kemudian dihukum rajam di depan umum pada hari Jumat berikutnya.

Selama satu minggu orang tua Najat dan Taleb kebingungan mencari keberadaan anak-anaknya sebelum akhirnya mendapatkan kabar yang mengerikan bahwa anak perempuannya telah dihukum rajam dan anak laki-lakinya di tempatkan di rumah sakit. Mereka berusaha pergi ke rumah sakit itu hanya untuk menemukan anaknya dijaga ketat oleh polisi bersenjata. Sang ayah kemudian pergi ke kantor pangeran Salman, dan meminta untuk bertemu segera.

Dengan penuh rasa marah, ayah Taleb menanyakan mengapa anak perempuannya telah di hukum rajam dan akan laki-lakinya di rumah sakit. Pangeran Salman menjawab bahwa dia harus menanyakan jawabannya pada anak-anaknya sendiri. Anak perempuannya telah melakukan prostitusi jalanan dan anak laki-lakinya membantunya. Anak-anaknya telah ditangkap berkat kesigapan para muttawa. Ayah Taleb seharusnya berterimakasih pada muttawa yang telah menangkap Najat dan Taleb sebelum menularkan perilaku mereka kepada anak-anak saudi yang lain. Ayah Taleb juga seharusnya bangga bahwa nama keluarganya telah dipulihkan dengan dihukumnya Najat.

Ayah Taleb tahu persis bahwa negara ini tidak memiliki sistem hukum atau keadilan yang murni, dia memutuskan untuk melakukan keadilannya sendiri. Dia membeli sebuah tabung yang berisi cairan mudah terbakar dan pergi menemui muttawa yang telah menulis rekomendaso hukuman rajam buat anaknya yang bisu dan tuli. Dia menyemprot orang itu dan langsung menyulutnya dengan korek api. Para muttawa lain berdatangan untuk menolong rekannya dan menangkap ayah Taleb. Muttawa yang terbakar itu selamat dengan luka bakar parah.

Ayah Taleb kemudian dihukum pancung di depan umum.

Taleb setelah keluar dari rumah sakit menerima hukuman cambuk dua ratus kali.

Salah seorang muttawa yang ikut menangkap Najat menceritakan kejadian tragis ini kepadaku. Taleb, yang merupakan bekas muridku, mengiyakan kejadian ini.

Sunday, September 20, 2009

Surat Terbuka Kepada Mualaf

by curious » Sat Nov 04, 2006 12:29 pm

http://www.faithfreedom.org/Articles/Al-Mansur/To_converts.htm

Surat Terbuka Kepada Mualaf-Mualaf

Oleh Al-Mansur

Assalaammualaikum

Alhamdullilah.

Karena sekarang anda telah percaya pada Agama Sebenarnyar, telah tibalah waktunya bagi anda untuk mengerti Islam secara lebih mendalam. Secara tulus saya harap anda akan membuat Imam, teman dan pasangan anda yang membantu anda “berbalik ke Islam” merasa bangga dan berbahagia karena pengetahuan anda tentang Islam dan betapa cepatnya anda dapat menggapai pandangan yang benar sebagaimana seorang muslim sejati. Ingatlah, satu-satunya perspektif yang benar di dunia ini adalah perspektif Muslim.

Langkah pertama untuk mencapai tujuan ini (jika belum ada lakukan) adalah berhenti menanyai mereka pertanyaan-pertanyaan yang menjengkelkan seperti bagaimana pandangan Islam tentang 9/11, pembunuhan orang-orang Kristen, Hindu dll di Mesir, Sudan, Indonesia, Pakistan, Iran, Nigeria, Philipina selatan, Kashmir dll, yang akan memaksa mereka untuk mengulang lagi untuk kesekian kalinya bahwa “Islam berarti damai” dan bahwa “Pembunuh-pembunuh itu bukan Muslim sejati.” Ingatlah, anda sekarang seorang Muslim. Daripada membuat mereka membuang waktu berbohong pada anda ketika mereka sendiri sudah sibuk banyak kerjaan, misalnya berbohong pada calon mualaf, anda mesti menolong dia melayani dan membimbing calon-calon mualaf. Ingat…. Anda sekarang bukan pembeli lagi, tetapi karywan sekarang. Jadi, iklan dan sales presentations itu bukan untuk anda lagi. [Lagipula semua jawaban pertanyaan anda terdapat di dalam Qur’an, jadi baca saja sendiri.]

Saya akan mendorong anda untuk beriman dan jangan pernah memandang rendah potensi anda sendiri hanya karena anda mualaf baru. Tariq ibn Ziyad dan Khalid ibn Al-Walid yang memimpin penyerangan Muslim ke negera-neraga orang lain untuk menaklukan, menjarah, memperkosa dan hal-hal hebat lainnya untuk islam juga mualaf baru ketika mereka memulai karir mereka. Namun yang saya sesali, sebelum menjadi mualaf, mereka bergabung dengan tentara-tentara yang melawan Islam. Namun kemudian, mereka dan teman-teman kafir mereka menjadi Muslim setelah diberi “petunjuk” dan “bujukan”. Semuapun berakhir dengan baik.

Mari saya beritahu beberapa langkah kecil sebagai mualaf yang akan membuat mubalig Islam bangga pada anda:

1) Sebarkan Islam Anda telah menemukan kebenaran, dan adalah keinginan Allah bahwa orang lain pun mesti tahu apa itu kebenaran. Allah yang maha bijaksana telah memberi cara yang jitu sekali untuk memualafkan kafir-kafir. Anda bisa mulai dengan hanya satu pedang (asalkan cukup tajam untuk memotong bagaian-bagian tubuh). Cara ini CEPAT dan sangat EFEKTIF, MURAH dan MEMAKSA. Untuk detil lebih lanjut, silahkan baca Quran dan Hadist.

Berapa banyak waktu, usaha dan uang yang telah dihabiskan Ahmad Deedat dan Jeremiah McAuliffe untuk memualafkan segelintir orang? Dengan menggunakan cara yang terdapat dalam Quran ini, Muhammad SAW dan sahaba nya menyebarkan Islam hingga ke Spanyol dalam waktu kurang dari satu abad. Alhamdullilah!!

2) Perangi Kafirun Jangan lupa bahwa memerangi kafir itu halal karena mereka hanya BERPIKIR bahwa agama mereka itu benar sedangkan anda TAHU bahwa agama andalah yang benar.

[Untuk informasi lebih jauh, silahkan baca The Levels of Jihaad - Its merits and the reason for gaining victory over enemies, karangan Shaykh Sa’eed ibn Wahf al-Qahtaani’s © 1997 The Invitation to Islam, UK at Islaam.com]

3) Bunuh para Murtadin

Karena itulah keinginan Allah. Bukankah anda juga berharap bahwa “saudara saudari anda dalam Islam” juga akan melakukan hal yang sama pada anda jika anda berubah pikiran tentang Islam? Islam adalah agama yang paling pesat tumbuhnya di seluruh dunia, dan jika anda berpaling dari Islam, bisnis bisa bangkrut!

Lagipula, seperti yang selalu dikatakan kaum Muslimim, “Islamlah yang terbaik….jika bukan satu-satunya agama yang paling masuk akal”. Orang paling dungu pun tahu itu. Jika saking gobloknya anda tidak bisa mengerti ini, memang pantaslah anda ditembak mati.

4) Perjuangkan hal-hal Muslim dan Islam di negara tempat tinggal anda.

Jika anda berasal dari Inggris, dukunglah kampanye Yusuf Islam (Cat Steven) meminta dana pemerintah untuk sekolah-sekolah Muslim di Inggris. Begitu baru adil. Walaupun Inggris itu resminya negara Kristen, minoritas Muslimnya terus berkembang, sedangkan di Saudi Arabia yang resminya negara Muslim, tidak ada yang namanya minoritas Kristen. (Saudi Arabia sudah membunuh dan mengusir orang-orang Kristen dan Yahudi berabad-abad yang lampau.)

Dan kamu tidak hanya mesti menentang pendanaan sekolah Kristen di negara Islam, misalnya Pakistan, bahkan sekolah-sekolah Kristen itu harus ditutup semua. Ini karena sekolah-sekolah kristen itu menghasilkan anak-anak non Muslim yang menjadi target bagi Muslim-muslim pencinta damai.

5) Perjuangkan hal-hal Muslim di seluruh dunia.

Sebagai contoh, dukunglah Palestina (dan bukan hanya menunjukkan rasa simpati seperti kebanyakan orang barat). Matilah Israel! Sejuta sahidi akan berbaris menuju Yerusalem!!! Bukankah Muhammad sendiri menyatakan perang terhadap orang Yahudi dan membunuh serta memperkosa mereka berabad-abad sebelum terbentuknya negara Israel?

Orang-orang Kurdis, sepertinya halnya orang Palestina, tidak bernegara, dan kebanyakkan adalah Muslim Sunni, telah tinggal di tanah mereka beradab-abad, tidak punya aspirasi politik, dan ribuan penduduk sipil tidak berdosanya dibunuh dengan senjata kimia (oopps, maaf, ini hanya berlaku untuk orang Kurdis belaka). Tapi siapa peduli, asalkan itu dilakukan oleh saudara-saudara kaum Muslim sendiri kan?

6) Jika anda seorang wanita, dukunglah suami Muslim anda.

Jika dia menundukkan tetangga / teman / anggota keluarga anda yang kafir, dan kemudian berhubungan seks dengan wanita-wanita itu (termasuk kakak/adik anda, ipar dan sahabat anda), ini tidak berarti dia tidak setia atau tidak cinta pada anda (and istri-istrinya yang lainnya, jika memang ada). Jangan lupa memberi tahu dia untuk mencrot di dalam mereka mengikuti nasihat Muhammad.

Dari Sahih Bukhari Volume 3, #432:

Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, bahwa ketika dia duduk-duduk dengan rasul allah dia berakata, “Oh rasul allah, kami mendapat wanita tawanan sebagai rampasan perang, dan kami sangat tertarik pada harga penjualan mereka, apa pendapat anda tentang coitus interruptus?” Nabi menjawab, “Kamu benar-benar melakukan itu? Lebih baik tidak kamu lakukan. Jiwa yang sudah ditakdirkan Allah pastilah akan terjadi.”

Dari Sahih Bukhari Volume 9, #506:

Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, bahwa selama perang dengan Bani Al-Mustaliq mereka (kaum Muslim) menangkap beberapa wanita dan ingin berhubungan seks dengan mereka tanpa membuat mereka hamil. Jadi mereka menanyai nabi tentang coitus interruptus. Nabi berkata, “Lebih baik kamu tidak melakukannya, karena Allah telah menulis siapa-siapa yang akan diciptakannya hingga hari kiamat.” Qaza’a berkata, “Aku mendengar Abu Said berkata bahwa nabi berkata, “Tidak ada jiwa yang dipastikan akan diciptakan tetapi Allah akan menciptakannya.”

Hukum Allah itu lebih tinggi dari hukum manusia.

[Catatan: Jika ada seorang wanita mualaf, jangan berkecil hati hanya karena paket insentif spesial untuk shahidi (72 perawan di surga dengan guaranti penggantian keperawanan seumur hidup) tidak menguntungkan anda. Sebagai hiburan, ingatlah Islam menghormati dan membebaskan wanita. Apa yang telah dilakukan agama anda sebelumnya bagi anda?]

Ingatlah Islam yang Pertama-tama, Kemanusiaan kedua.

Saturday, September 19, 2009

Manual Utama Teroris Islam

by Adadeh » Mon May 01, 2006 1:25 am

http://www.faithfreedom.org/oped/skm60428p3.htm
Qur’an adalah Buku Petunjuk Utama bagi Teror Bunuh Diri Islam
Oleh Syed Kamran Mirza
April 28, 2006

“Orang tidak pernah berbuat kejahatan sedemikian hebat dan penuh semangat seperti ketika mereka melakukannya bagi tujuan agama.” (Blaise Pascal, mathematician, 1670)

Saat ini seharusnya semua orang waras di abad 21 sadar bahwa agama Islam merupakan sumber utama terorisme Islam yang terjadi saat ini di seluruh dunia. Tapi sayangnya, kebanyakan orang2 (Muslim dan non-Muslim) cenderung bertanya: Apakah Islam ada hubungannya dengan Terorisme? Lebih tepatnya: Apakah Qur’an bertanggungjawab atas terorisme Islam atau bom bunuh diri Islam? Sebagian orang munafik berpendidikan barat yang dikenal sebagai moderat Muslim sekarang mulai menyalahkan Hadis (saja) atas terorisme Islam / bom bunuh diri, dll. dan mereka dengan munafiknya mengatakan bahwa Qur’an tidak bersalah atas kejahatan ini. Para Islamis baru ini juga mengatakan bahwa yang harus disalahkan atas terjadinya semua bom bunuh diri Islam dan teror Islam adalah Sunnah (Ahadis atau tradisi yang ditinggalkan oleh Muhammad) yang harus disalahkan, dan bukannya Qur’an. Dengan cara berpikir yang salah ini, mereka mengira dengan meniadakan Hadis, Islam akan jadi agama yang damai dan tidak bersalah. Tulisanku ini ditujukan untuk menyangkal pernyataan bohong Islamis baru tentang sumber terorisme Islam.


Latar belakang cerita:

Islam adalah agama berdasarkan hubungan persaudaraan atau masyarakat. Tema utama Islam adalah: Allah adalah pencipta tunggal atas segala yang ada di surga dan bumi dan Muslim adalah satu2nya masyarakatNya yang sah dan berakhlak. Semua masyarakat lainnya (Yahudi, Kristen, Hindu, dll) adalah kafir dan dibenci Allah. Seorang Muslim adalah orang yang hidupnya terutama diihami Qur’an dan kedua oleh Hadis (Sunnah). Muslim taat percaya bahwa semua pemecahan masalah dalam hidup ini terdapat dalam Qur’an dan setiap Muslim yang baik percaya dalam hatinya bahwa Qur’an merupakan buku berisi firman Allah yang sempurna, tidak berubah, abadi dan mereka harus mengikuti isi Qur’an kata demi kata tanpa bertanya apapun. Dengan mengikuti cara berpikir seperti ini, para Muslim percaya bahwa orang yang tidak setuju dengan mereka adalah kafir dan musuh Islam, dan otomatis jadi musuh Allah. Seorang Muslim harus melawan musuhnya dan membunuhnya dengan segala cara jika kesempatan tiba.

Berdasarkan sejarah, Muslim2 di Arabia selalu menganggap musuh politik atau saingan mereka sebagai kafir (kotor, tak beriman dan layak dibunuh) dan para Muslim ini selalu ingin untuk menumpas musuh2nya dengan kekerasan. Mereka juga menganggap bahwa membunuh musuh merupakan tindakan suci yang direstui dan menyenangkan Allah dan karenanya mereka nantinya akan diberi anugrah di dunia dan akherat. Jika kita belajar sejarah Islam (kekuasaan para kalifah Islam), dengan mudah kita dapatkan pertikaian berdarah terus-menerus diantara kelompok politik Muslim di mana puluhan ribu orang dibantai dalam nama agamanya. Dalam pertikaian politik ini, satu pihak selalu disebut kafir atau musuh Allah oleh pihak lainnya. Mereka mencoba mensahkan pembunuhan musuhnya dengan ketentuan Islami. Bahkan sampai hari inipun, masih terjadi pola pembunuhan yang sama diantara Muslim berpaham Islam yang berbeda di Irak, Pakistan, Afghanistan, dan banyak negara Islam lainnya. Seperti yang selalu terjadi, setiap kelompok memanggil diri mereka sebagai kelompok Allah dan kelompok lawan disebut sebagai kelompok kafir yang harus dibunuh. Dalam usaha pembunuhan ini, para Muslim selalu dapat ilham terutama dari Qur’an yang didukung oleh Hadis. Mereka tidak pernah dapat ilham membunuh dari sumber lainnya yang tidak ada dalam Qur’an. Mereka tidak pernah membunuhberdasarkan apa yang tertulis di Hadis saja. Hal ini karena Muslim menganggap Qur’an sebagai sumber utama firman dan Hadis hanyalah pendukung Qur’an saja.

Para teroris Islam membunuh orang berdasarkan fanatisme Islami mereka dan inilah sumber utama motivasi pembunuhan yang dilakukan mereka. Semua ilham2 pembunuhan ini selalu datang dari Qur’an. Sekarang pertanyaannya adalah: apakah Qur’an mengandung ayat2 yang dapat dengan mudah mengilhami Muslim yang taat untuk membunuh orang tanpa mendapat hukuman? Jawabannya adalah banyak ayat2 Qur’an yang mendorong dan mengilhami seorang Muslim taat manapun untuk jadi seorang monster pembunuh. Kenyataannya, Qur’an penuh dengan ucapan2 perintah pembunuhan di seluruh halaman2 Qur’an. Berulang kali dalam Qur’an dijanjikan upah yang besar bagi mereka yang dapat membunuh kafir (musuh Allah dan RasulNya) dan hukuman kejam api neraka bagi mereka yang tidak mau membunuh kafir. Qur’an juga mendorong pengikutnya untuk mengorbankan hidup mereka demi membunuh kafir untuk ditukar dengan kehidupan setelah mati yang jauh lebih baik dan menyenangkan. Contohnya bisa di lihat dalam satu isi ayat Qur’an 9:111 yang paling menarik bagi para jihadis yang bersemangat untuk mendapatkan anugrah surgawi 72 perawan. Inilah prestasi terbesar Qur’an:
Q 9:111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan (sebagai gantinya) memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Sebagai tambahan, dukungan dan penjelasan atas 9:111 diberikan pula oleh Allah di ayat berikut:
Q 4:74
Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan (artinya: dibunuh atau membunuh) maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.

Q 4:95
Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,

Q 3:169
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
(Di sini Allah berkata bahwa para jihadis yang mati (bunuh diri) tidaklah mati tapi dia hidup bersama Allah)

Sudah jelas bagi siapapun bahwa ayat2 di atas merupakan ajakan (dari Allah) bagi Muslim yang takwa untuk menjadi bom waktu (bunuh diri) untuk membunuh kafir demi kepentingan Allah! Ayat2 di atas (9:111; 3:169; 4:74; 4:95) jelas memerintahkan Muslim takwa untuk “membunuh dan dibunuh”. Begitulah, Allah mengajarkan Muslim untuk mengorbankan diri mereka sendiri (untuk melakukan bunuh diri) untuk membunuh kafir (musuh Allah) demi kepentingan Allah. Ayat 9:111 dengan tepat sekali mensahkan pembom bunuh diri – yang merupakan senjata kebanyakan teroris Islam yang paling menghancurkan, paling menakutkan, paling tidak manusiawi dan paling berhasil saat ini untuk membunuh musuh2 Allah. Ini adalah contoh paling sempurna tentang metoda bunuh diri yang telah Allah berikan bagi Muslim yang takwa. Di ayat itu (9:111) Allah Islam dengan jelas berkata: Dia (Allah) membeli nyawa dan hartaMuslim yang ditukar dengan kesenangan surgawi yang penuh nafsu seks bagi mereka yang bersedia mati (bunuh diri) demi kepentingan Allah (bunuh kafir). Setelah ini, Muslim (yang taat mengikuti isi Qur’an) tidak perlu lagi perintah bunuh lain untuk membunuh kafir. Atas dasar semua ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tuhannya Islam (Allah) adalah makhluk yang paling berbahaya dengan sifat suka dendam, kekejaman, tiada toleransi, ancaman, haus darah, cinta akan perang yang tanpa batas.

Tapi tidak hanya itu saja! Qur’an juga penuh dengan ayat2 pembunuhan yang memerintahkan pengikutnya yang setia untuk melakukan pembunuhan tanpa henti terhadap kafir sampai hanya Muslim saja yang tinggal di dunia di bawah Allah Islam. Ini contohnya:
Q 8:39
Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi huru-hara atau penindasan dan (sampai) di sana berlaku keadilan dan iman dalam Allah dan di manapun; tapi jika mereka berhenti (melawan) sesungguhnya Allah melihat semua yang mereka lakukan.

Q 9:29
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah ataupun kepada Hari Kiamat, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab (Yahudi dan Kristen) kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

Q 3:85
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Q 9:39
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Q 9:73
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Q 8:65
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.

Q 8:66
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.
[Ayat hebat ini ditulis di buku harian Muhammad Ata, pemimpin teroris 9/11]

Q 4:78
“Di manapun kau berada, kematian akan menemukanmu, bahkan jika kau berada di dalam Menara2, bangunlah yang kuat dan tinggi."
(Mungkin yang dimaksud di sini adalah gedung kembar (WTC)?)

Q 2:193
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

Q 2:216
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal hal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Q 5:33
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

Q 4:89
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling (berubah agama), tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (Hukuman bagi yang murtad)

Q 9:5
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian.

Q 9:28
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Q 8:67
Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Q 8:17
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Q 9:23
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
(Di sini Qur’an bahkan meminta Muslim untu melawan ayah2 dan saudara2nya demi Islam)

Q 3:28
Janganlah orang2 beriman mengambil teman atau penolong orang2 kafir: jika ada yang melakukan hal itu, dia tidak akan mendapat pertolongan dari Allah.”

Q 5:45
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

Q 4:74
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

Q 9:123
Hai orang-orang yang beriman, bunuhlah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.

Q 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.

Q 8:12
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.

Seperti yang kita baca, Qur’an penuh dengan ayat2 mengerikan, tidak manusiawi, dan keji. Thema utama Qur’an adalah: bujuk dengan nasehat, lalu dengan ancaman, lalu dengan kekerasan (pembunuhan, perang, pemotongan, dll), dan upahnya dari melakukan hal itu adalah banyak anugrah dari Allah di surga. Kita bisa menemukan ratusan ayat2 yang kejam, penuh kebencian dan tidak manusiawi di seluruh Qur’an. Ayat2 Qur’an di atas dilafalkan oleh para Jihadis di abad ke 7 untuk membunuh ribuan non-Muslim. Selama awal jaman Islam, terutama sewaktu operasi2 militer oleh Muhammad ketika dia tinggal di Medina, ribuan kafir dibunuh (dipancung) secara brutal oleh para Jihadis. Ayat2 Qur’an yang sama masih saja terus dilafalkan oleh para Muslim taat di jaman modern sekarang.

Sekarang, apakah kita perlu jadi jenius untuk mengerti sumber tekad fanatik para teroris di 11 September? Dari manakah para teroris Islam (di seluruh dunia) dapat inspirasi dan harapan? Apakah apologis Islam masih akan terus berkata,”Islam adalah agama damai,” atau bahwa “Qur’an penuh dengan nasehat2 yang baik dan kasih sayang?” Qur’an memerintahkan kita untuk:”tidak berteman dengan orang2 Yahudi dan Kristen” (5:51), memerangi mereka sampai mereka bayar Jizya (pajak hukuman yang harus dibayar non-Muslim yang hidup di bawah kekuasaan Islam) dengan sikap tunduk dan penuh kesadaran bahwa mereka ditaklukkan” (9:29), “bunuh kafir di mana pun kau menemukan mereka” (2:191), “bunuh mereka dan perlakukan mereka dengan keras” (9:123), “perangi dan bunuh kaum pagan, tangkap mereka, serang mereka, dan intailah mereka di tempat pengintaian” (9:5), "bunuh atau dibunuh" (yakni bunuh diri untuk bunuh kafir) (9:111).

Akan tetapi, Qur’an adalah buku suci yang juga penuh dengan ayat2 kontradiktif dan menipu seperti yang berikut”

Q 4:29-30
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.


Q 5:32
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

Para ahli Islam yang munafik mencoba menggunakan dua ayat ini (saja) untuk membuktikan bahwa Allah melarang serangan bunuh diri oleh Muslim atau bunuh orang. Memang, ayat2 ini (4:29-30) hanya bica tentang penghancuran diri (bunuh diri) untuk tujuan yang tidak jelas seperti depressi atau sakit yang kadang2 membuat manusia memilih untuk menghabisi nyawa mereka karena tidak tahan derita. Bunuh diri seperti inilah yang dilarang oleh agama dan masyarakat dan biasanya tindakan ini dilakukan bukan demi tujuan illahi. Bunuh diri seperti ini tidak ada hubungannya dengan perintah Allah “bunuh atau dibunuh”(Q 9:111) dengan tujugan illahi (untuk membunuh kafir) untuk menyenangkan Allah, seperti yang telah dinyatakan ayat itu dengan jelas. Dan ayat Q 5:32 adalah ayat yang penuh tipuan digunakan para Islamis untuk membodohi masyarakat Barat. Ayat ini dibuat untuk menjabarkan aspek sejarah orang2 Israel dan tiada hubungannya dengan Muslim. Ayat ini pun tidak membatalkan ratusan ayat2 pembunuhan yang datang setelah itu (ketika di Medina) untuk melakukan pembunuhan tanpa batas (Jihad) terhadap semua kafir oleh tentara2 Allah yang disebut sebagai kaum Muslim. Singkatnya, tidak dapat disangkal lagi bahwa Qur’an adalah manual (buku petunjuk) untuk mengancam, membalas dendam, melakukan teror, kekerasan dan perang terhadap non-Muslim.


Ciri2 Teroris Islam

Osama Bin Laden (OBL) dan para jihadis al-Qaeda-nya telah berkali-kali melafalkan ayat2 dari Qur’an untuk mensahkan kegiatan terorisme mereka di seluruh dunia. Bom bunuh diri merupakan senjata tersukses untuk memasukkan teror di dalam hati para kafir barat. Dalam fatwanya yang terkenal untuk mengumumkan perang melawan orang2 Amerika di tahun 1998, kepala teroris OBL telah berkali-kali menggunakan ayat2 jihad Qur’an (yang disebutkan di atas) untuk membujuk para pengikutnya membunuh terutama orang2 Amerika/kafir dengan cara bom bunuh diri. Semua teroris Islam 9/11 meninggalkan pesan pribadi (terutama Muhammad Ata) dengan mengutip ayat2 bunuh dan mereka semua melakukan bunuh diri untuk membunuh orang2 kafir Amerika, 100% berdasarkan Q 9:111. Tiada sekalipun mereka mengutip Hadis sebagai dasar alasan kegiatan terorisme mereka. Israel telah menangkap banyak sekali pembom2 bunuh diri (yang bomnya tidak meledak dalam usaha bunuh diri) dengan sabuk penuh bom di sekeliling tubuh mereka dan mereka semua diwawancarai oleh wartawan Barat di sel penjara Israel. Hampir semua teroris melaporkan wartawan bahwamereka ingin mati dalam usaha membunuh kafir sesuai dengan perintah Qur’an untuk mendapat hadiah kenikmatan surgawi bersama 72 bidadari perawan. Tiada seorang pun dari mereka yang mengutip perintah bunuh dari Hadis atau hukum Shariah kepada para wartawan.

Semua teroris Islam yang ditahan oleh polisi di Eropa (terutama di Belanda, seperti pembunuhan Van Gogh) dengan sigap mengutip ayat2 Qur’an sebagai panduan untuk melakukan terorisme membunuh kafir. Dalam serangan pemboman terorisme atas kereta api di Madrid (Spanyol), para teroris Islam merupakan penduduk Spanyol yang telah lama tinggal di sana (lahir di Amerika Utara dan Syria). Mereka mengaku pada polisi bahwa mereka mendapat ilham dari Qur’an untuk melawan negara tempat tinggal mereka dan membunuh 191 warga Spanyol yang tak berdosa.

Baru2 ini, di Bangladesh (yang jadi negara baru untuk menelorkan jihadis Islam) telah mengalami ledakan bom epidemi oleh teroris2 Islam Bangladesh termasuk pemboman bunuh diri untuk membunuh haki2m di berbagai kasus pengadilan. Dalam proses usaha melakukan bom bunuh diri, dua orang teroris telah ditangkap polisi. Ketika ditanya wartawan mengapa mereka membunuh orang dengan melakukan metoda bunuh diri, mereka menjawab: “Kami melakukannya sesuai perintah Qur’an dari Allah”. Ketika ketua teroris Bangladesh bernama Maulana Shaikh Rahman dan Bangla Bhai telah ditangkap polisi, Maulana Shaikh Rahman berkata: “Kami melakukannya untuk menegakkan hukum Allah di Bangladesh dan kami melakukannya sesuai dengan perintah Qur’an.” Dengan menunjukkan sebuah buku Qur’an di tangannya, dia (Maulana) berkata: “Jika aku seorang teroris, maka Qur’an juga adalah teroris”.Apakah ada bukti lain yang lebih nyata bahwa teroris Islam mendapat dorongan dan ilham langsung dari Qur’an?

Baru2 ini, pembajak ke 20 usaha terorisme 9/11, Zacaria Moussaoui dengan bangga mengatakan di pengadilan: “Aku harap aku bisa membunuh lebih banyak orang Amerika, karena agamaku Islam (tentunya berdasarkan Qur’an) menuntutku untuk membunuh kafir.” Zacaria Moussaoui atau teroris Islam lainnya tidak pernah mengatakan bahwa mereka mendapat ilham dari Ahadis atau Sharia Islam saja. Kenyataannya, hampir semua Hukum Sharia berakar dari Qur’an dan didukung Hadis.

Hal yang perlu dipikirkan adalah hidup ini berarti dan sangat berharga bagi setiap umat manusia (baik kaya, miskin, tua, muda, sakit atau bahkan cacat) dan tidak seorang pun ingin mati sia2 tanpa ada tujuan jelas. Hanya harapan seksual bercampur janji2 dan ilham2 illahi yang dihasilkan melalui usaha cuci otak saja yang dapat membuat seseorang mengambil nyawanya sendiri. Teroris Islam sudah jelas terinspirasi oleh impian2 seksual di akherat. Anak2 laki dan perempuan Palestina usia 12 sampai 16 tahun tidak hanya mati untuk bunuh diri atau memerdekakan tanah air mereka. Mereka sudah jelas punya khayalan kenikmatan surgawi Islam (hasil cuci otak) yang mengilhami diri mereka untuk mengenakan sabuk bom bunuh diri di sekeliling tubuh mereka yang masih muda. Qur’an tersedia dan terdapat di hampir setiap rumah Muslim pada umumnya, tapi buku2 Hadis jarang tersedia bagi khalayak Muslim umumnya. Muslim kebanyakan tidak dapat motivasi dari Hadis, karena mereka tidak punya kesempatan untuk baca Hadis. Selain itu, Muslim tidak menganggap Hadis setaraf dengan firman dalam Qur’an. Untuk melakukan tindakan serius seperti membunuh orang2 tak berdosa dengan bom bunuh diri agar dapat upah di surga tentunya seorang Muslim butuh perintah dari Qur’an dan Qur’an memberikan banyak perintah seperti itu.


Apakah semua pemboman bunuh diri sama polanya?

Apologis Islam seringkali mengatakan bahwa usaha pemboman bunuh diri oleh pejuang kemerdekaan tidak hanya dilakukan Muslim tapi juga orang2 lain (Tamil, Yahudi dan Kamikaze Jepang) yang melakukannya untuk bisa merdeka. Menurut mereka, Muslim melakukan bunuh diri untuk memperjuangkan kemerdekaan. Karenanya, pemboman bunuh diri oleh anak2 muda Muslim tidak ada hubungannya dengan Islam! Satu pertanyaan penting bisa diajukan atas hal ini:Apakah usaha bom bunuh diri di masa lalu sama dengan bom bunuh diri Islami di jaman sekarang? Apakah polanya sama? Mari kita selidiki:

Kelompok2 yang disebut Harimau Tamil, Yahudi atau Kamikaze Jepang mungkin jarang sekali menggunakan cara bunuh diri karena perjuangan mereka untuk membebaskan tanah air mereka dan usah2 bunuh diri mereka terbatas di tanah mereka sendiri saja dengan target membunuh tentara2, para pemimpin dan bukannya masyarakat sipil tak berdosa. Tamis, Yahudi, Kamikaze atau IRA tidak pernah meledakkan bom di negara lain di luar batas negara mereka. Mereka hanya melakukan pemboman dalam daerah mereka saja. Kadang2 sebuah bom meledak di daerah perbatasan negara mereka seperti usaha Tamil membunuh Rajiv Gandhi karena dukungannya atas Pemerintah Sri Langka. Tapi mereka tidak pernah datang ke Amerika, Inggris, Spanyol, Indonesia, Tanzania, Uganda, Yemen, Saudi Arabia, dll untuk meledakkan diri di dalam restoran2, bis, kereta api, metro, tepi2 pantai, tempat2 turis, dll. Tiada seorang pun dari mereka yang melakukan pemboman bunuh diri di seluruh dunia secara menyeluruh seperti yang dilakukan teroris Islam dengan penuh semangat sampai hari ini. Berapa banyak pembom bunuh diri Tamil yang meledakkan dirinya di Eropa atau Amerika? Apakah ada kecenderungan bom bunuh diri oleh Harimau Tamil di seluruh dunia seperti yang dilakukan jihadis Islam?

Para Islamis sekarang memberitahu kita bahwa anak2 muda Muslim meledakkan diri mereka untuk balas dendam atas perang Irak. Keterangan ini sepertinya ingin menunjukkan bahwa sebelum perang Irak para jihadis Islam itu tadinya sangat lembut dan hanya duduk2 saja. Coba aku tanya mengapa tuh para jihadis Islam meledakkan bom tanpa henti di kamp2 milter AS di Saudi Arabia, Kedubes Amerika di Tanzania, Uganda, Pakistan, Nairobi dan di manapun sebelum perang Irak? Mengapa mereka membunuh lebih dari 3.000 orang sipil tak berdosa di WTC? Mengapa mereka meledakkan kapal AS di Yemen? Mengapa mereka meledakkan barak tentara AS di Beirut? Apakah waktu itu sudah terjadi perang Irak?


Kesimpulan:

Sudah sangat jelas, sumber dari fanatisme Islam dan terorisme bunuh diri berakar dari Qur’an itu sendiri (9:111; 3:169; 4:74; 4:95). Teroris seperti Osama bin Laden dan lainnya adalah korban ajaran tak bermoral dari Qur’an. Mereka percaya isi Qur’an sepenuhnya dalam hati dan mencoba mengikuti perintah Qur’an. Tapi orang yang lahir sebagai Muslim pada umumnya tidak mengikuti perintah Qur’an sama sekali, dan inilah sebabnya mengapa mereka percaya akan khayalan bahwa Islam itu adalah agama damai, padahal hal ini sama sekali tidak pernah terwujud dalam sejarah Islam.

Di lain pihak, semangat fanatisme Islam memang dapat lebih berkobar lagi dengan situasi politik di Timur Tengah karena pertikaian pihak Palestina dan Israel. Tapi ini terutama karena kebencian terhadap Yahudi dan kafir yang diwariskan dari ajaran Qur’an dan didukung oleh Hadis dan diajarkan pada para Muslim di Madrasah sejak mereka kecil.

Osama bin Laden adalah Muslim sejati yang mengikuti perintah Qur’an dan Hadis secara menyeluruh dan pahlawan Muslim ini mengartikan ayat2 Qur’an dan hadis bagi masyarakat Islam berdasarkan semangat Islam abad ke 7. Kenyataannya, banyak Muslim yang menganggap OBL sebagai cermin gambar diri Muhammad dan segala tentang OBL 100% sesuai dengan kehidupan dan perbuatan Muhammad. Inilah sebabnya Muslim2 sejati (Maulanas, Mullahs, murid2 Madrassha [Taliban], semua pemimpin partai politik Islam) di Pakistan, Bangladesh, Indonesia dan negara2 Muslim lainnya mendukung Osama dan tuan rumahnya dahulu yakni Taliban di Afghanistan. Tiada gunanya untuk menuduh bahwa Osama, teroris al-Qaeda dan Taliban bukanlah Muslim sejati atau pandangan mereka salah akan Islam! Sebenarnya justru merekalah yang benar2 Muslim sejati dan merekalah Muslim yang taat akan perintah Qur’an. Semua yang disebut sebagai Muslim progresif (yang hidup dengan nyamannya di negara2 Barat) adalah Muslim karena lahir di keluarga Muslim.

Sudah waktunya sekarang untuk menentukan dan mengatasi penyebab utama dari kebodohan abad pertengahan ini. Masalah utama adalah ajaran2 masyarakat Bedouin kuno akan Islam (dalam hal ini Qur’an) yang telah ketinggalan jaman dan tidak lagi sesuai dengan peradaban dunia modern. Terorisme Islam adalah problem raksasa bagi seluruh umat manusia saat ini dan Muslim fanatik adalah zombi2 yang berada dalam genggaman ajaran2 tak bermoral Qur’an.Bagaimana caranya menyembuhkan tubuh yang sakit dengan tetap mepertahankan kanker yang menjalar di dalam tubuh? Tiada yang dapat merubah keadaan diri Muslim selain kita menyadari masalah sebenarnya (dalam hal ini isi Qur’an) dan mengambil tindakan. Akhirnya, kututup tulisan ini dengan mengutip pernyataan yang terkenal.

“Agama adalah penghinaan bagi kehormatan manusia. Tanpa atau dengan agama, akan tetap ada orang2 yang melakukan hal2 yang baik dan orang2 jahat yang melakukan hal2 yang jahat. Tapi diperlukan agama untuk membuat orang baik2 untuk melakukan hal2 yang jahat.”
-- oleh pemenang Nobel Laureate ahli fisika Steven Weinberg

Literatures:
1. The Holy Qur’an, Translated by A. Yousuf Ali, Published by Amana Corporation, Brentwood, Maryland, 1983
2. Holy Qur’an, Translated in Bengali by Ahmadiya Muslim Centenary Publication of Bangladesh, 4 Bakshi Bazar road, Dhaka, 1992
3. Holy Qur’an, Bengali translation by Maulana Muhiuddin khan, Khademu Harmain Sharifain, Saudi Arabia, Madina Mannwara, 1413 Hijri.

Friday, September 18, 2009

Merenungkan Sejarah Alquran

Oleh Luthfi Assyaukanie

Pengkajian sejarah Alquran bukan hanya dimaksudkan untuk mengungkap dimensi-dimensi tersembunyi yang selama ini tak terpikirkan oleh umat Islam, tapi juga merupakan modal intelektual untuk memahami kitab suci yang hingga hari ini terus menjadi sumber inspirasi hukum dan moral kaum Muslim. Saya ingin berangkat dari sebuah pijakan bahwa kajian ilmiah tidaklah merusak akidah. Kajian ilmiah juga tidak bertentangan dengan semangat dasar Islam yang mendukung kebenaran dan menjunjung tinggi kebebasan.
Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran dan sekaligus merupakan bulan puji-pujian terhadap kitab suci ini. Tanggal 17 Ramadhan dianggap sebagai puncak dari ritual pengagung-agungan terhadap Alquran, karena pada tanggal inilah Alquran diyakini diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Di bulan yang suci ini, saya ingin merenungkan sejarah Alquran yang panjang, yang berproses, yang berjuang dengan berbagai tantangan zaman, hingga menjadi wujud dalam bentuknya yang kita kenal sekarang.

Pengkajian sejarah Alquran bukan hanya dimaksudkan untuk mengungkap dimensi-dimensi tersembunyi yang selama ini tak terpikirkan oleh umat Islam, tapi juga merupakan modal intelektual untuk memahami kitab suci yang hingga hari ini terus menjadi sumber inspirasi hukum dan moral kaum Muslim. Saya ingin berangkat dari sebuah pijakan bahwa kajian ilmiah tidaklah merusak akidah. Kajian ilmiah juga tidak bertentangan dengan semangat dasar Islam yang mendukung kebenaran dan menjunjung tinggi kebebasan.

* * *

Sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa Alquran dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafdhan) maupun maknanya (ma’nan). Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus tahun silam.

Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah penulisan Alquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik, dan rekayasa.

Alquran dalam bentuknya yang kita kenal sekarang sebetulnya adalah sebuah inovasi yang usianya tak lebih dari 79 tahun. Usia ini didasarkan pada upaya pertama kali kitab suci ini dicetak dengan percetakan modern dan menggunakan standar Edisi Mesir pada tahun 1924. Sebelum itu, Alquran ditulis dalam beragam bentuk tulisan tangan (rasm) dengan teknik penandaan bacaan (diacritical marks) dan otografi yang bervariasi.

Hadirnya mesin cetak dan teknik penandaan bukan saja membuat Alquran menjadi lebih mudah dibaca dan dipelajari, tapi juga telah membakukan beragam versi Alquran yang sebelumnya beredar menjadi satu standar bacaan resmi seperti yang kita kenal sekarang.

Pencetakan Edisi Mesir itu bukanlah yang pertamakali dalam upaya standarisasi versi-versi Alquran. Sebelumnya, para khalifah dan penguasa Muslim juga turun-tangan melakukan hal yang sama, kerap didorong oleh keinginan untuk menyelesaikan konflik-konflik bacaan yang muncul akibat beragamanya versi Alquran yang beredar.

Tapi pencetakan tahun 1924 itu adalah ikhtiyar yang luar biasa, karena upaya ini merupakan yang paling berhasil dalam sejarah kodifikasi dan pembakuan Alquran sepanjang masa. Terbukti kemudian, Alquran Edisi Mesir itu merupakan versi Alquran yang paling banyak beredar dan digunakan oleh kaum Muslim.

Keberhasilan penyebarluasan Alquran Edisi Mesir tak terlepas dari unsur kekuasaan. Seperti juga pada masa-masa sebelumnya, kodifikasi dan standarisasi Alquran adalah karya institusi yang didukung oleh --dan menjadi bagian dari proyek-- penguasa politik. Alasannya sederhana, sebagai proyek amal (non-profit), publikasi dan penyebaran Alquran tak akan efektif jika tidak didukung oleh lembaga yang memiliki dana yang besar.

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia mencetak ratusan ribu kopi Alquran sejak tahun 1970-an merupakan bagian dari proyek amal yang sekaligus juga merupakan upaya penyuksesan standarisasi kitab suci. Kendati tidak seperti Uthman bin Affan yang secara terang-terangan memerintahkan membakar seluruh versi (mushaf) Alquran yang bukan miliknya (kendati tidak benar-benar berhasil), tindakan penguasa Saudi membanjiri pasar Alquran hanya dengan satu edisi, menutupi dan perlahan-lahan menyisihkan edisi lain yang diam-diam masih beredar (khususnya di wilayah Maroko dan sekitarnya).

Agaknya, tak lama lagi, di dunia ini hanya ada satu versi Alquran, yakni versi yang kita kenal sekarang ini. Dan jika ini benar-benar terwujud (entah kapan), maka itulah pertama kali kaum Muslim (baru) boleh mendeklarasikan bahwa mereka memiliki satu Alquran yang utuh dan seragam.

Edisi Mesir adalah salah satu dari ratusan versi bacaan Alquran (qiraat) yang beredar sepanjang sejarah perkembangan kitab suci ini. Edisi itu sendiri merupakan satu versi dari tiga versi bacaan yang bertahan hingga zaman modern. Yakni masing-masing, versi Warsh dari Nafi yang banyak beredar di Madinah, versi Hafs dari Asim yang banyak beredar di Kufah, dan versi al-Duri dari Abu Amr yang banyak beredar di Basrah. Edisi Mesir adalah edisi yang menggunakan versi Hafs dari Asim.

Versi bacaan (qiraat) adalah satu jenis pembacaan Alquran. Versi ini muncul pada awal-awal sejarah Islam (abad pertama hingga ketiga) akibat dari beragamnya cara membaca dan memahami mushaf yang beredar pada masa itu. Mushaf adalah istilah lain dari Alquran, yakni himpunan atau kumpulan ayat-ayat Allah yang ditulis dan dibukukan.

Sebelum Uthman bin Affan (w. 35 H), khalifah ketiga, memerintahkan satu standarisasi Alquran yang kemudian dikenal dengan “Mushaf Uthmani,” pada masa itu telah beredar puluhan --kalau bukan ratusan-- mushaf yang dinisbatkan kepada para sahabat Nabi. Beberapa sahabat Nabi memiliki mushafnya sendiri-sendiri yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal bacaan, susunan ayat dan surah, maupun jumlah ayat dan surah.

Ibn Mas’ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Alquran yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Bahkan menurut Ibn Nadiem (w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist, mushaf Ibn Mas’ud tidak menyertakan surah 113 dan 114. Susunan surahnyapun berbeda dari Alquran yang ada sekarang. Misalnya, surah keenam bukanlah surah al-An’am, tapi surah Yunus.

Ibn Mas’ud bukanlah seorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah sebagai bagian dari Alqur’an. Sahabat lain yang menganggap surah “penting” itu bukan bagian dari Alquran adalah Ali bin Abi Thalib yang juga tidak memasukkan surah 13, 34, 66, dan 96. Hal ini memancing perdebatan di kalangan para ulama apakah al-Fatihah merupakan bagian dari Alquran atau ia hanya merupakan “kata pengantar” saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.

Salah seorang ulama besar yang menganggap al-Fatihah bukan sebagai bagian dari Alquran adalah Abu Bakr al-Asamm (w. 313 H). Dia dan ulama lainnya yang mendukung pandangan ini berargumen bahwa al-Fatihah hanyalah “ungkapan liturgis” untuk memulai bacaan Alqur’an. Ini merupakan tradisi populer masyarakat Mediterania pada masa awal-awal Islam. Sebuah hadis Nabi mendukung fakta ini: “siapa saja yang tidak memulai sesuatu dengan bacaan alhamdulillah [dalam hadis lain bismillah] maka pekerjaannya menjadi sia-sia.”

Perbedaan antara mushaf Uthman dengan mushaf-mushaf lainnya bisa dilihat dari komplain Aisyah, isteri Nabi, yang dikutip oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Itqan, dalam kata-kata berikut: “pada masa Nabi, surah al-Ahzab berjumlah 200 ayat. Setelah Uthman melakukan kodifikasi, jumlahnya menjadi seperti sekarang [yakni 73 ayat].” Pandangan Aisyah juga didukung oleh Ubay bin Ka’b, sahabat Nabi yang lain, yang di dalam mushafnya ada dua surah yang tak dijumpai dalam mushaf Uthman, yakni surah al-Khal’ dan al-Hafd.

Setelah Uthman melakukan kodifikasi dan standarisasi, ia memerintahkan agar seluruh mushaf kecuali mushafnya (Mushaf Uthmani) dibakar dan dimusnahkan. Sebagian besar mushaf yang ada memang berhasil dimusnahkan, tapi sebagian lainnya selamat. Salah satunya, seperti kerap dirujuk buku-buku ‘ulum al-Qur’an, adalah mushaf Hafsah, salah seorang isteri Nabi, yang baru dimusnahkan pada masa pemerintahan Marwan ibn Hakam (w. 65 H) beberapa puluh tahun kemudian.

Sebetulnya, kendati mushaf-mushaf para sahabat itu secara fisik dibakar dan dimusnahkan, keberadaannya tidak bisa dimusnahkan dari memori mereka atau para pengikut mereka, karena Alquran pada saat itu lebih banyak dihafal ketimbang dibaca. Inilah yang menjelaskan maraknya versi bacaan yang beredar pasca-kodifikasi Uthman. Buku-buku tentang varian-varian bacaan (kitab al-masahif) yang muncul pada awal-awal abad kedua dan ketiga hijriah, adalah bukti tak terbantahkan dari masih beredarnya mushaf-mushaf klasik itu. Dari karya mereka inilah, mushaf-mushaf sahabat yang sudah dimusnahkan hidup kembali dalam bentuk fisik (teks tertulis).

Sejarah penulisan Alqur’an mencatat nama-nama Ibn Amir (w. 118 H), al-Kisai (w. 189 H), al-Baghdadi (w. 207 H); Ibn Hisyam (w. 229 H), Abi Hatim (w. 248 H), al-Asfahani (w. 253 H) dan Ibn Abi Daud (w. 316 H) sebagai pengarang-pengarang yang menghidupkan mushaf-mushaf klasik dalam karya masahif mereka (umumnya diberijudul kitab al-masahif atau ikhtilaf al-masahif). Ibn Abi Daud berhasil mengumpulkan 10 mushaf sahabat Nabi dan 11 mushaf para pengikut (tabi’in) sahabat Nabi.

Munculnya kembali mushaf-mushaf itu juga didorong oleh kenyataan bahwa mushaf Uthman yang disebarluaskan ke berbagai kota Islam tidak sepenuhnya lengkap dengan tanda baca, sehingga bagi orang yang tidak pernah mendengar bunyi sebuah kata dalam Alquran, dia harus merujuk kepada otoritas yang bisa melafalkannya. Dan tidak sedikit dari pemegang otoritas itu adalah para pewaris varian bacaan non-Uthmani.

Otoritas bacaan bukanlah satu-satunya sumber yang menyebabkan banyaknya varian bacaan. Jika otoritas tidak dijumpai, kaum Muslim pada saat itu umumnya melakukan pilihan sendiri berdasarkan kaedah bahasa dan kecenderungan pemahamannya terhadap makna sebuah teks. Dari sinilah kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan harakat (scripta defectiva). Misalnya bentuk present (mudhari’) dari kata a-l-m bisa dibaca yu’allimu, tu’allimu, atau nu’allimu atau juga menjadi na’lamu, ta’lamu atau bi’ilmi.

Yang lebih musykil adalah perbedaan kosakata akibat pemahaman makna, dan bukan hanya persoalan absennya titik dan harakat. Misalnya, mushaf Ibn Mas’ud berulangkali menggunakan kata “arsyidna” ketimbang “ihdina” (keduanya berarti “tunjuki kami”) yang biasa didapati dalam mushaf Uthmani. Begitu juga, “man” sebagai ganti “alladhi” (keduanya berarti “siapa”). Daftar ini bisa diperpanjang dengan kata dan arti yang berbeda, seperti “al-talaq” menjadi “al-sarah” (Ibn Abbas), “fas’au” menjadi “famdhu” (Ibn Mas’ud), “linuhyiya”menjadi “linunsyira”(Talhah), dan sebagainya.

Untuk mengatasi varian-varian bacaan yang semakin liar, pada tahun 322 H, Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. Setelah membanding-bandingkan semua mushaf yang ada di tangannya, Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama, yakni Nafi (Madinah), Ibn Kathir (Mekah), Ibn Amir (Syam), Abu Amr (Bashrah), Asim, Hamzah, dan Kisai (ketiganya dari Kufah). Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Alquran diturunkan dalam tujuh huruf.”

Tapi, sebagian ulama menolak pilihan Ibn Mujahid dan menganggapnya telah semena-mena mengesampingkan varian-varian lain yang dianggap lebih sahih. Nuansa politik dan persaingan antara ulama pada saat itu memang sangat kental. Ini tercermin seperti dalam kasus Ibn Miqsam dan Ibn Shanabudh yang pandangan-pandangannya dikesampingkan Ibn Mujahid karena adanya rivalitas di antara mereka, khususnya antara Ibn Mujahid dan Ibn Shanabudh.

Bagaimanapun, reaksi ulama tidak banyak punya pengaruh. Sejarah membuktikan pandangan Ibn Mujahid yang didukung penguasa itulah yang kini diterima orang banyak (atau dengan sedikit modifikasi menjadi 10 atau 14 varian). Alquran yang ada di tangan kita sekarang adalah salah satu varian dari apa yang dipilihkan oleh Mujahid lewat tangan kekuasaan. Yakni varian bacaan Asim lewat Hafs. Sementara itu, varian-varian lain, tak tentu nasibnya. Jika beruntung, ia dapat dijumpai dalam buku-buku studi Alquran yang sirkulasi dan pengaruhnya sangat terbatas.

***

Apa yang bisa dipetik dari perkembangan sejarah Alquran yang saya paparkan secara singkat di atas? Para ulama, khususnya yang konservatif, merasa khawatir jika fakta sejarah semacam itu dibiarkan diketahui secara bebas. Mereka bahkan berusaha menutup-nutupi dan mengaburkan sejarah, atau dengan memberikan apologi-apologi yang sebetulnya tidak menyelesaikan masalah, tapi justru membuat permasalahan baru.

Misalnya, dengan menafsirkan hadis Nabi “Alquran diturunkan dalam tujuh huruf” dengan cara menafsirkan “huruf” sebagai bahasa, dialek, bacaan, prononsiasi, dan seterusnya yang ujung-ujungnya tidak menjelaskan apa-apa. Saya sependapat dengan beberapa sarjana Muslim modern yang mengatakan bahwa kemungkinan besar hadis itu adalah rekayasa para ulama belakangan untuk menjelaskan rumitnya varian-varian dalam Alquran yang beredar. Tapi, alih-alih menjelaskan, ia malah justru mengaburkan.

Mengaburkan karena jumlah huruf (bahasa, dialek, bacaan, prononsiasi), lebih dari tujuh. Kalau dikatakan bahwa angka tujuh hanyalah simbol saja untuk menunjukkan “banyak,” ini lebih parah lagi, karena menyangkut kredibilitas Tuhan dalam menyampaikan ayat-ayatnya.

Apakah kita mau mengatakan bahwa setiap varian bacaan, baik yang berbeda kosakata dan pengucapan (akibat dari jenis penulisan dan tatabahasa) merupakan kata-kata Tuhan secara verbatim (apa adanya)? Jika tidak terkesan rewel dan simplistis, pandangan ini jelas tak bertanggungjawab, karena ia mengabaikan fakta kaum Muslim pada awal-awal sejarah Islam yang sangat dinamis.

Lalu, bagaimana dengan keyakinan bahwa Alquran dari surah al-Fatihah hingga al-Nas adalah kalamullah (kata-kata Allah) yang diturunkan kepada Nabi baik kata dan maknanya (lafdhan wa ma’nan)? Seperti saya katakan di atas, keyakinan semacam ini hanyalah formula teologis yang diciptakan oleh para ulama belakangan. Ia merupakan bagian dari proses panjang pembentukan ortodoksi Islam.

Saya cenderung meyakini bahwa Alquran pada dasarnya adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi tapi kemudian mengalami berbagai proses “copy-editing” oleh para sahabat, tabi’in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan. Proses-proses ini pada dasarnya adalah manusiawi belaka dan merupakan bagian dari ikhtiyar kaum Muslim untuk menyikapi khazanah spiritual yang mereka miliki.

Saya kira, varian-varian dan perbedaan bacaan yang sangat marak pada masa-masa awal Islam lebih tepat dimaknai sebagai upaya kaum Muslim untuk membebaskan makna dari kungkungan kata, ketimbang mengatribusikannya secara simplistis kepada Tuhan. Seperti dikatakan seorang filsuf kontemporer Perancis, teks --dan apalagi teks-teks suci-- selalu bersifat “repressive, violent, and authoritarian.” Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan membebaskannya.

Generasi awal-awal Islam telah melakukan pembebasan itu, dengan menciptakan varian-varian bacaan yang sangat kreatif. Jika ada pelajaran yang bisa diambil dari sejarah pembentukan Alquran, saya kira, semangat pembebasan terhadap teks itulah yang patut ditiru, tentu saja dengan melakukan kreatifitas-kreatifitas baru dalam bentuk yang lain.

---

Luthfi Assyaukanie. Dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas Paramadina, Jakarta, dan Editor Jaringan Islam Liberal.