Tuesday, September 22, 2009

Karin di Saudi Arabia

by Mangga Manis » Sat Feb 21, 2009 1:15 am

Sekitar sebulan yang lalu, Dr. Sami Alrabaa mengirimkan naskah dari bukunya, Karin di Arab Saudi, dan meminta saya untuk memeriksanya. Buku ini baru saja diterbitkan.

Kisah-kisah didalam buku Dr. Alrabaa sangat menawan hati tetapi pada saat yang sama juga mengerikan, mencekam dan menggelisahkan hati. Sejak saya mulai membacanya saya tidak ingin berhenti membacanya tetapi ada kalanya saya tidak dapat membacanya lebih lanjut. Saya harus berhenti sejenak, berjalan keluar, untuk menarik nafas dan membersihkan pikiran saya. Kisah-kisah yang mengerikan tentang kekerasan, pelecehan hak-hak manusia, kebiadaban dan kejahatan yang dilceritakan didalam buku ini sungguh sangat keterlaluan. Sulit untuk dipercaya masih ada saja tempat seperti Arab Saudi ini.

Karin adalah seorang wanita Jerman yang diperkosa oleh Polisi Moral (muttawa), dipukuli dan ditahan di Arab Saudi berlawanan dengan keinginannya dan akhirnya dipulangkan ke negara asalnya setelah anaknya yang masih kecil diambil darinya. Kisah Karin ini adalah satu dari banyak cerita menakutkan yang ada dalam buku ini, semakin banyak kisah yang dibaca semakin menyeramkan.

Masalah dengan Arab Saudi, sama dengan negara-negara Muslim lainnya, bukan hanya terletak pada pemerintahnya yang korup dan diktator, tetapi juga terletak pada penduduknya. Orang-orang melakukan kejahatan yang tidak terpikirkan terhadap sesamanya dengan kesadaran penuh, tetapi yang menanggung akibatnya adalah orang-orang asing.

Muslim tidak hanya terbelakang dalam hal teknologi tapi juga dalam hal moral dan spiritual. Etika mereka salah, pikiran mereka jahat dan cara-cara mereka sesat. Ada yang salah dalam cara Muslim melihat dunia. Mereka mempunyai nilai-nilai yang datang dari luar dunia ini dan tidak masuk akal orang-orang yang beradab.

Letak masalah Muslim adalah pada agama mereka. Manusia lahir tidak bersalah dimanapun juga; cara mereka dididik dan nilai-nilai apa yang mereka peluk itulah yang membuat mereka berbeda. Atas nama Islam, Muslim melakukan kejahatan-kejahatan yang membuat darah berdesir. Cerita-cerita yang dituangkan dalam buku ini benar-benar terjadi. Kisah-kisah itu benar-benar nyata dan benar-benar dialami oleh manusia. Akan tetapi, kisah-kisah ini lebih menakutkan dibandingkan dengan cerita-cerita film seram.

Masyarakat Islam dikuasai oleh kegilaan. Tidak ada kata yang tepat untuk menjelaskannya. Islam itu seperti penyakit mental. Semakin sungguh-sungguh sebuah negara mengikuti (ajaran) Muhammad, semakin gila negara itu dibuatnya. Semakin banyak kekejaman dijadikan hukum, semakin sewenang-wenang penguasanya dan semakin biadab penduduknya. Arab Saudi, sebagai pusat kepercayaan Islam (Sunni), adalah negara yang terjahat di dunia, disusul oleh Iran, sebagai pusat Islam Syi'ah.

Satu-satunya harapan untuk orang-orang celaka ini adalah membantu mereka untuk membuang Islam. Islam adalah penyebab dari kebiadaban, kejahatan dan kelambanan berpikir. Manusia sama saja dimana-mana. Kepercayaan merekalah yang membuat tindakan mereka berbeda-beda. Islam tidak bisa direformasi, tetapi dapat dimusnahkan. Sekali dimusnahkan, peradaban dikembalikan dan kisah-kisah yang menakutkan seperti yang diceritakan oleh Dr. Alrabaa itu hanya akan jadi kenangan.

Kita berhutang kepada mereka, kita berhutang kepada anak-anak mereka dan kepada umat manusia untuk menyelamatkan Muslim dari penindasan Islam dan membuat mereka bebas. Ini bisa terjadi jika orang-orang membicarakannya, keluar dari kebisuan dan mengatakan hal yang sesungguhnya mengenai Islam. Dunia harus tahu apa yang terjadi atas nama Islam di negara-negara Muslim. Wanita muda dibohongi oleh laki-laki Muslim dan kehidupan mereka dihancurkan. Hanya kebenaran yang akan membebaskan kita. Alrabaa telah melakukan bagiannya dalam menguak kebenaran yang menyeramkan ini. Sisanya tergantung kepada kita. Didalam kisah-kisah ini terdapat kebenaran yang menyeramkan mengenai Islam.

Buku ini harus menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk alasan apapun. Kalau anda mengetahui ada orang yang akan pergi kesana, berikanlah buku ini kepadanya. Hal itu mungkin dapat menyelamatkan nyawanya.

Ini adalah salah satu kejadian yang dikisahkan dalam buku
KARIN IN SAUDI ARABIA

Najat, seorang wanita saudi berusia hampir dua puluh tahun, terlahir bisu dan tuli. Suatu hari dengan ditemani oleh adik laki-lakinya, Taleb, dia berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan di kota Riyadh. Taleb menurunkan Najat di pusat perbelanjaan itu dan kemudian meninggalkannya untuk melakukan suatu hal lain dan berencana untuk menjemput adiknya satu jam kemudian.

Najat telah selesai berbelanja kurang dari satu jam, kemudian dia pergi keluar dan berdiri di depan sebuah jendela toko dengan maksud supaya adiknya, Taleb, mudah untuk menemukannya. Untuk mengisi waktu Najat melihat-lihat display toko yang dihias dengan indah.

Sebuah mobil polisi "moral" perlahan melintas. Para muttawa (sebutan untuk polisi moral / agama) itu mengemudikan sebuah mobil model terbaru lengkap dengan pengatur suhu udara (AC), juga dilengkapi dengan kulkas tempat minuman penyegar, peralatan radio, teropong, dan borgol. Bagian dalam mobil dibagi menjadi dua kompartemen, bagian belakang dengan kaca jendela yang gelap adalah untuk mengangkut perempuan. Para muttawa biasanya berpatroli pada jalanan yang padat dan lapangan kota, mengawasi setiap gerak langkah para lelaki dan wanita. Dalam kasus ini, pandangan mereka tertumpu pada Najat. Mereka menghentikan mobil dan mengambil teropong untuk mengawasi Najat.

"Lihat itu. Ada seorang pelacur sedang menunggu pelanggannya," kata seorang dari mereka sambil menyeringai mencium bau mangsa, dan menyerahkan teropongnya kepada muttawa yang lain.

"Dia berlagak seolah tidak berdosa. Tunggu saja, pelacur kecil, kami akan menangkapmu."

Sesaat kemudian Taleb datang dan memarkirkan mobilnya. Karena Najat terlihat asyik melihat-lihat display di jendela sebuah toko dan dia bisu dan tuli, maka Taleb keluar dari mobil dan melangkah menuju Najat. Taleb menepuk pundak Najat mengisyaratkan bahwa dia telah di sana untuk membawanya pulang.

Para muttawa yakin bahwa kecurigaan mereka telah terbuktikan. Gadis itu pastilah seorang pelacur. Dengan tergesa-gesa mereka keluar dari mobil dan menyerbu ke arah Taleb dan Najat. Tanpa berkata sepatah katapun, bahkan tanpa bertanya apapun, Taleb dan Najat diringkus dan diseret ke dalam mobil. Najat tidak mampu berteriak karena bisu, dia berusaha memegang dompetnya di tangan kanan dan memukulkannya ke wajah seorang muttawa. Sang muttawa balas menendangnya. Taleb juga berusaha membela diri dan berteriak, "Apa-apain ini? Siapakah kalian? Jangan ganggu aku dan kakakku!".

Taleb dipukul dua kali diperutnya dan akhirnya pingsan. Para muttawa melemparkannya ke dalam kompartemen khusus laki-laki di dalam mobil. Najat di dorong tanpa kasihan ke dalam kompartemen perempuan dan pintu dibanting menutup. Najat memukul-mukul pintu dan menendang lantai mobil. Para muttawa menancap gas mobil dan menertawakan Najat, mengatakan dia terdengar seperti hewan liar yang terjerat perangkap.

Para muttawa membawa tangkapan mereka ke pos mereka. Taleb adalah pengidap diabetes, bila dia marah maka akan langsung pingsan. Karena dia masih pingsan sesampainya di pos polisi agama itu, mereka kemudian mengirim Taleb ke rumah sakit.

Najat kemudian diinterogasi... Namun bagaimana caranya? Dia tidak dapat mendengar ataupun berbicara. Semuanya membingungkan baginya. Seorang muttawa mencopot cadarnya dan memerintahkan Najat menyebutkan nama. Najat hanya membisu, muttawa itu meninju muka Najat. Najat balas memukul balik. Muttawa itu berkesimpulan bahwa seorang wanita yang tidak memiliki rasa hormat kepada laki-laki pastilah seorang pelacur. Dia harus dihukum rajam (dilempar batu sampai mati). Muttawa yang lain mengambil dompet Najat. Najat berusaha merebutnya kembali dan berhasil mencakar muka muttawa itu dengan kukunya. Muttawa itu meringkus Najat dan menelikung tangannya kebelakang dan melemparnya ke dalam sel yang gelap. Muttawa lain membuka dompet Najat dan menemukan sebuah kartu identitas Saudi.

Kepala polisi dengan cepat merumuskan rekomendasi hukuman untuk Najat. Di antaranya dia menulis : "Najat telah bekerja sebagai pelacur dan ditangkap ketika sedang bertemu pelanggan. Kami menyarankan supaya dia dihukum rajam..." Dua muttawa kemudian membawa dokumen itu kepada pangeran Salman, pejabat pemerintah di kepolisian agama (Morality Police Agency). Sang pangeran setuju dengan rekomendasi hukuman rajam dan menandatangani vonis tersebut. Najat kemudian dihukum rajam di depan umum pada hari Jumat berikutnya.

Selama satu minggu orang tua Najat dan Taleb kebingungan mencari keberadaan anak-anaknya sebelum akhirnya mendapatkan kabar yang mengerikan bahwa anak perempuannya telah dihukum rajam dan anak laki-lakinya di tempatkan di rumah sakit. Mereka berusaha pergi ke rumah sakit itu hanya untuk menemukan anaknya dijaga ketat oleh polisi bersenjata. Sang ayah kemudian pergi ke kantor pangeran Salman, dan meminta untuk bertemu segera.

Dengan penuh rasa marah, ayah Taleb menanyakan mengapa anak perempuannya telah di hukum rajam dan akan laki-lakinya di rumah sakit. Pangeran Salman menjawab bahwa dia harus menanyakan jawabannya pada anak-anaknya sendiri. Anak perempuannya telah melakukan prostitusi jalanan dan anak laki-lakinya membantunya. Anak-anaknya telah ditangkap berkat kesigapan para muttawa. Ayah Taleb seharusnya berterimakasih pada muttawa yang telah menangkap Najat dan Taleb sebelum menularkan perilaku mereka kepada anak-anak saudi yang lain. Ayah Taleb juga seharusnya bangga bahwa nama keluarganya telah dipulihkan dengan dihukumnya Najat.

Ayah Taleb tahu persis bahwa negara ini tidak memiliki sistem hukum atau keadilan yang murni, dia memutuskan untuk melakukan keadilannya sendiri. Dia membeli sebuah tabung yang berisi cairan mudah terbakar dan pergi menemui muttawa yang telah menulis rekomendaso hukuman rajam buat anaknya yang bisu dan tuli. Dia menyemprot orang itu dan langsung menyulutnya dengan korek api. Para muttawa lain berdatangan untuk menolong rekannya dan menangkap ayah Taleb. Muttawa yang terbakar itu selamat dengan luka bakar parah.

Ayah Taleb kemudian dihukum pancung di depan umum.

Taleb setelah keluar dari rumah sakit menerima hukuman cambuk dua ratus kali.

Salah seorang muttawa yang ikut menangkap Najat menceritakan kejadian tragis ini kepadaku. Taleb, yang merupakan bekas muridku, mengiyakan kejadian ini.

No comments:

Post a Comment