Diumur 25 tahun, Abu Talib mencarikan pekerjaan untuk Muhammad sebagai agen perdagangan di sebuah perusahaan milik wanita pedagang kaya yang juga masih saudara jauh, bernama Khadijah. Wanita tersebut telah dua kali menikah. Suami terakhirnya, seorang pedagang kaya raya, yang baru2 ini meninggal dan janda tersebut perlu menyewa tenaga untuk mengurus usaha dagangnya yang besar.
Khadijah memiliki sepupu bernama Waraqah ibn Nawfal. Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish. Waraqah, putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, juga putera Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad, putera Abdullah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.
PERLU DIKETAHUI, BAHWA KETIGA ORANG INILAH YANG MENJADI DASAR ISLAM, TANPA ADANYA WARAQAH DAN KHADIJAH, ALIRAN ISLAM YANG DIBAWA MUHAMMAD TAK AKAN MUNCUL DIDUNIA INI.
Pada waktu yang sudah dijanjikan, Muhammad mendatangi Khadijah. Wanita tersebut melihat anak muda berumur 25 th berdiri dihadapannya. Ukuran tubuh sedang, hampir ramping, dengan kepala besar, bahu lebar dan tubuh proporsional. Rambut dan jenggotnya tebal dan hitam, tidak lurus tapi sedikit ikal. Panjang rambutnya hingga keleher, dan jenggotnya juga. Dia punya dahi yang bagus dan mata yang lebar, dengan bulu mata dan alis yang panjang melengkung meski tidak menyatu. Matanya coklat atau coklat muda. Hidungnya bengkok dan mulutnya lebar. Meski jenggotnya dibiarkan tumbuh, tapi kumisnya tidak menutupi mulutnya. Kulitnya putih tapi kecoklatan karena sinar matahari (Perincian ini diambil dari buku Martin Ling: Muhammad, hal 35).
Suaranya bagaikan sentuhan musik dan kalimat2 yang diucapkan mempunyai nada seperti puisi2 terkenal Arabia ciptaan Labid. Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat wanita berkuasa ini terpukau. Khadijah sangat terkesan dan akhirnya dia menyewa pemuda tersebut untuk menjalankan misi dagangnya.
Khadijah berumur 40 tahun, dewasa dan berpengalaman. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia rindu akan pasangan yang dapat memberi semua hal yang dia rindukan sejak suami terakhirnya meninggal. Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah, akhirnya pilihan jatuh pada Muhammad. Daun muda yang juga adalah pelayannya.
Meski hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan diri sebelum mengambil langkah2 untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya mengkhawatirkan pamannya, Amr ibn Asaad, yang tanpa persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya. (Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan) Dia perlu membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan pernikahan dengan pemuda idamannya.
Segera sebuah kesempatan datang bagi Khadijah untuk dipergunakan. Satu siang, dia sedang diluar rumahnya bersama para pembantu, mengawasi kedatangan karavan Muhammad. Begitu hampir dekat, sekelompok awan muncul di cakrawala, menghalangi sinar matahari. Melihat kesempatan ini, dia berteriak pada pembantunya: “Lihatlah! Itu Allah tercinta yang mengirim dua malaikat untuk menjaganya!”
Para pembantunya memfokuskan mata dan mencoba melihat sejauh mereka mampu, berusaha mencari malaikat2 itu, tapi tidak melihat apa2. Karena telah tahu akan hasrat majikan mereka pada Muhammad, mereka ikut2an, dan berteriak keras2 mengikuti majikannya. Tujuan ini adalah untuk menaikan derajat Muhammad, apa yang dilakukan Khadijah, seakan-akan Muhammad disertai Malaikat, juga untuk memperingatkan pamannya akan balasan dari surga jika dia menolak lamaran Muhammad untuk menikahi keponakannya.
Khadijah juga tidak mau buang2 waktu dan menawarkan dirinya kepada Muhammad melalui budak kepercayaannya, Maisara. Muhammad memang sedang menunggu2 mukjijat, dan ketika dia mendapat tawaran ini, dia menerimanya langsung. Kini, menurut tradisi Arab, ia tinggal membuat lamaran resmi pada pamannya Khadijah, Amr ibn Assad yang bertindak sebagai pelindungnya.
Mengikuti tradisi mereka, Abu Taleb dan Hamzah, dua paman Muhammad, menemani keponakan mereka ke rumah Khadijah, dimana Khadijah diam2 membuat pesta. Khadijah, kelihatannya belum memberitakan ini pada pamannya; dia sengaja membuat pamannya tidak sadar akan maksud perayaan ini. Setelah semua hadir, Muhammad meminta ijin Ibn Assad untuk menikahi keponakannya (Khaidjah). Mendengar ini, si orang tua murka dan menolaknya. Dia menjelaskan bahwa semuanya tidak cocok: umur Muhammad, fakta bahwa dia itu anak buahnya dan, diatas itu semua, dia tidak punya cukup uang untuk menikahi Khadijah yang kaya raya. Dalam pikirannya, perkawinan ini hanya akan mengurangi kekayaan Khadijah, bukannya menjaganya dalam keluarga. Kejadian2 berikutnya membuktikan bahwa perkataan orang tua ini benar.
Khadijah sudah mempersiapkan diri akan reaksi pamannya ini. Dia terus menerus mengisi gelas anggur pamannya hingga mabuk. Setelah pamannya mabuk, Khadijah memberi tanda dan Abu Taleb langsung pidato, menerangkan kehebatan2 keponakannya, Muhammad, setelah itu Khadijah sendiri juga memberikan pidato, menerangkan bagaimana para malaikat telah melindungi dia dari panas matahari dan juga membesar2kan semua perbuatan2 Muhammad baginya dan keluarganya. Akhirnya, dia mendesak pamannya untuk mengakui kebaikan2 Muhammad, dan untuk menerimanya sebagai menantu.
Setelah Khadijah pidato, semua yang hadir meminta Amr ibn Assad untuk menjawab. Sebelum dia sadar apa yang terjadi, dia telah membuat pidato yang isinya menyetujui pernikahan itu. Waraqah ibn Nofal juga menjawab; dan Muhammad langsung mengenakan hadiah jubah pada sang orang tua, yang menurut tradisi Arab, calon menantu harus memberi jubah pada calon mertua saat pernikahan. Khadijah langsung menandatangani kontrak pernikahannya sebelum sebelum pamannya sadar bahwa dia telah ditipu dan menyatakan pernikahan ini sah. Pernikahan ini dikatakan terjadi pada 595 M ketika Muhammad berumur 25 dan pengantin perempuannya 40 tahun.
Mengenai pernikahan tersebut Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya untuk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan? ” (Persian Tabari v. 3 p.832)
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amr ibn Asaad lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di bohongi dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil dan pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yang kaya dan terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri Khadijah.
Muhammad butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan Khadijah merupakan untung besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu bekerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi Muhammad.
Kejadian seputar perkawinan Muhammad-Khadijah ini layak mendapat perhatian khusus, bukan hanya karena ini sebuah batu loncatan bagi calon 'nabi' ini, tapi juga karena menggambarkan posisi yang dipegang wanita yang menjalankan bisnisnya. Khadijahlah, bukan calon suaminya, yang pertama minta dinikahi. Selain Khadijah, kita juga tahu bahwa ada wanita2 lain dijaman sebelum islam yang bukan hanya berperan dalam urusan2 dagang dll di Mekah disisi laki2 mereka, mereka juga berpartisipasi dalam perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki2. Mereka, sering menggunakan pengaruh yang besar sebagai nabi2 wanita atau penulis2 puisi.
Fakta sejarah diatas menunjukkan luasnya kebebasan wanita Arab yg dinikmati sebelum munculnya Islam dan mementahkan klaim Doktor2 Muslim yang berkata bahwa Islamlah, yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya, ini jelas bertentangan dengan fakta. Yang benar, Islam, telah merampas kebebasan2 wanita sebelumnya dan membuat mereka budak dibawah tindakan dan keinginan laki2 mereka.
Peran Waraqah ibn Naufal juga tidak bisa dihilangkan dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2 menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu"..’ (QS 5:68)
Khadijah memiliki sepupu bernama Waraqah ibn Nawfal. Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish. Waraqah, putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, juga putera Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad, putera Abdullah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.
PERLU DIKETAHUI, BAHWA KETIGA ORANG INILAH YANG MENJADI DASAR ISLAM, TANPA ADANYA WARAQAH DAN KHADIJAH, ALIRAN ISLAM YANG DIBAWA MUHAMMAD TAK AKAN MUNCUL DIDUNIA INI.
Pada waktu yang sudah dijanjikan, Muhammad mendatangi Khadijah. Wanita tersebut melihat anak muda berumur 25 th berdiri dihadapannya. Ukuran tubuh sedang, hampir ramping, dengan kepala besar, bahu lebar dan tubuh proporsional. Rambut dan jenggotnya tebal dan hitam, tidak lurus tapi sedikit ikal. Panjang rambutnya hingga keleher, dan jenggotnya juga. Dia punya dahi yang bagus dan mata yang lebar, dengan bulu mata dan alis yang panjang melengkung meski tidak menyatu. Matanya coklat atau coklat muda. Hidungnya bengkok dan mulutnya lebar. Meski jenggotnya dibiarkan tumbuh, tapi kumisnya tidak menutupi mulutnya. Kulitnya putih tapi kecoklatan karena sinar matahari (Perincian ini diambil dari buku Martin Ling: Muhammad, hal 35).
Suaranya bagaikan sentuhan musik dan kalimat2 yang diucapkan mempunyai nada seperti puisi2 terkenal Arabia ciptaan Labid. Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat wanita berkuasa ini terpukau. Khadijah sangat terkesan dan akhirnya dia menyewa pemuda tersebut untuk menjalankan misi dagangnya.
Khadijah berumur 40 tahun, dewasa dan berpengalaman. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia rindu akan pasangan yang dapat memberi semua hal yang dia rindukan sejak suami terakhirnya meninggal. Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah, akhirnya pilihan jatuh pada Muhammad. Daun muda yang juga adalah pelayannya.
Meski hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan diri sebelum mengambil langkah2 untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya mengkhawatirkan pamannya, Amr ibn Asaad, yang tanpa persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya. (Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan) Dia perlu membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan pernikahan dengan pemuda idamannya.
Segera sebuah kesempatan datang bagi Khadijah untuk dipergunakan. Satu siang, dia sedang diluar rumahnya bersama para pembantu, mengawasi kedatangan karavan Muhammad. Begitu hampir dekat, sekelompok awan muncul di cakrawala, menghalangi sinar matahari. Melihat kesempatan ini, dia berteriak pada pembantunya: “Lihatlah! Itu Allah tercinta yang mengirim dua malaikat untuk menjaganya!”
Para pembantunya memfokuskan mata dan mencoba melihat sejauh mereka mampu, berusaha mencari malaikat2 itu, tapi tidak melihat apa2. Karena telah tahu akan hasrat majikan mereka pada Muhammad, mereka ikut2an, dan berteriak keras2 mengikuti majikannya. Tujuan ini adalah untuk menaikan derajat Muhammad, apa yang dilakukan Khadijah, seakan-akan Muhammad disertai Malaikat, juga untuk memperingatkan pamannya akan balasan dari surga jika dia menolak lamaran Muhammad untuk menikahi keponakannya.
Khadijah juga tidak mau buang2 waktu dan menawarkan dirinya kepada Muhammad melalui budak kepercayaannya, Maisara. Muhammad memang sedang menunggu2 mukjijat, dan ketika dia mendapat tawaran ini, dia menerimanya langsung. Kini, menurut tradisi Arab, ia tinggal membuat lamaran resmi pada pamannya Khadijah, Amr ibn Assad yang bertindak sebagai pelindungnya.
Mengikuti tradisi mereka, Abu Taleb dan Hamzah, dua paman Muhammad, menemani keponakan mereka ke rumah Khadijah, dimana Khadijah diam2 membuat pesta. Khadijah, kelihatannya belum memberitakan ini pada pamannya; dia sengaja membuat pamannya tidak sadar akan maksud perayaan ini. Setelah semua hadir, Muhammad meminta ijin Ibn Assad untuk menikahi keponakannya (Khaidjah). Mendengar ini, si orang tua murka dan menolaknya. Dia menjelaskan bahwa semuanya tidak cocok: umur Muhammad, fakta bahwa dia itu anak buahnya dan, diatas itu semua, dia tidak punya cukup uang untuk menikahi Khadijah yang kaya raya. Dalam pikirannya, perkawinan ini hanya akan mengurangi kekayaan Khadijah, bukannya menjaganya dalam keluarga. Kejadian2 berikutnya membuktikan bahwa perkataan orang tua ini benar.
Khadijah sudah mempersiapkan diri akan reaksi pamannya ini. Dia terus menerus mengisi gelas anggur pamannya hingga mabuk. Setelah pamannya mabuk, Khadijah memberi tanda dan Abu Taleb langsung pidato, menerangkan kehebatan2 keponakannya, Muhammad, setelah itu Khadijah sendiri juga memberikan pidato, menerangkan bagaimana para malaikat telah melindungi dia dari panas matahari dan juga membesar2kan semua perbuatan2 Muhammad baginya dan keluarganya. Akhirnya, dia mendesak pamannya untuk mengakui kebaikan2 Muhammad, dan untuk menerimanya sebagai menantu.
Setelah Khadijah pidato, semua yang hadir meminta Amr ibn Assad untuk menjawab. Sebelum dia sadar apa yang terjadi, dia telah membuat pidato yang isinya menyetujui pernikahan itu. Waraqah ibn Nofal juga menjawab; dan Muhammad langsung mengenakan hadiah jubah pada sang orang tua, yang menurut tradisi Arab, calon menantu harus memberi jubah pada calon mertua saat pernikahan. Khadijah langsung menandatangani kontrak pernikahannya sebelum sebelum pamannya sadar bahwa dia telah ditipu dan menyatakan pernikahan ini sah. Pernikahan ini dikatakan terjadi pada 595 M ketika Muhammad berumur 25 dan pengantin perempuannya 40 tahun.
Mengenai pernikahan tersebut Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya untuk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan? ” (Persian Tabari v. 3 p.832)
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amr ibn Asaad lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di bohongi dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil dan pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yang kaya dan terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri Khadijah.
Muhammad butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan Khadijah merupakan untung besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu bekerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi Muhammad.
Kejadian seputar perkawinan Muhammad-Khadijah ini layak mendapat perhatian khusus, bukan hanya karena ini sebuah batu loncatan bagi calon 'nabi' ini, tapi juga karena menggambarkan posisi yang dipegang wanita yang menjalankan bisnisnya. Khadijahlah, bukan calon suaminya, yang pertama minta dinikahi. Selain Khadijah, kita juga tahu bahwa ada wanita2 lain dijaman sebelum islam yang bukan hanya berperan dalam urusan2 dagang dll di Mekah disisi laki2 mereka, mereka juga berpartisipasi dalam perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki2. Mereka, sering menggunakan pengaruh yang besar sebagai nabi2 wanita atau penulis2 puisi.
Fakta sejarah diatas menunjukkan luasnya kebebasan wanita Arab yg dinikmati sebelum munculnya Islam dan mementahkan klaim Doktor2 Muslim yang berkata bahwa Islamlah, yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya, ini jelas bertentangan dengan fakta. Yang benar, Islam, telah merampas kebebasan2 wanita sebelumnya dan membuat mereka budak dibawah tindakan dan keinginan laki2 mereka.
Peran Waraqah ibn Naufal juga tidak bisa dihilangkan dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nosrania (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali2 menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu"..’ (QS 5:68)
(Gambar disamping adalah gambar Pendeta Nestorian, seperti inilah kemungkinan rupa Waraqah )
Nosrania / Nestorian adalah sebuah sekte yang berasal dari Kristen Ortodoks. Kepercayaan Waraqah yang menolak ke-ilahian Yesus ini adalah kepercayaan yang dianggap menyeleweng dari kepercayaan Kristen ortodoks. Yesus baginya hanyalah seorang nabi, yang menuntaskan hukum Musa. Ia juga membantah kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks. Kepercayaan ini sama dengan kepercayaan sekte Nazareth terkenal yang dinamakan EBIONISME.
Itulah sebabnya Muhammad dalam Quran menyebut orang Kristen sebagai NASRANI, para pengikut Nestorian.
Data2 sejarah menunjukkan bahwa dalam areal Hijaz Arab pusat ini, terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nosrania. Bahkan beberapa anggota clan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah. Sejarawan Al Ya’qubi menulis: ‘Diantara para Arab yang memeluk Nosrania adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad.’ (Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)
Al Ya’qubi juga menuliskan kepercayaan non-Kristen Mekah.
‘… Arab dibagi atas 2 kelompok: al-Hum (yang taat) dan al-Hillah (yang tidak peduli). Kelompok Qurasy termasuk kelompok yang pertama (hl 256). Dan tentang praktek agama mereka, Al Yaqubi menjelaskan: ‘Mereka percaya pada nabi Ibrahim (Al-Hanif), mengadakan hijrah, menghormati bulan suci … menghukum tindak kriminal. Mereka selalu berlaku seakan mereka tuan rumah di tempat2 ini.’ (hl 254)
Sejarawan lain, Al-Azraqi mempelajari bukti2 tentang adanya gereja2 Nosrania
Quraysh dengan memperhatikan penggalian arkeologis. ‘Mereka memasang di Kabah gambar2 para nabi, pohon2 dan malaikat. Anda bisa melihat gambar2 Ibrahim, Yesus dan malaikat2 di Kabah. Setelah penaklukan Mekah tahun 632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk menghilangkan semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar2 Yesus dan mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar2 dibawah tangan saya.’’ (Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165).
Al Isfahani, sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’, jabatan bagi orang suci /pendeta Kristen. Katanya, ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku2 suci dan abstain dari memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yg menolak penyembahan berhala dan daging tertentu – daging hewan yang dicekik dan darah hewan.’ (Tabaqat, hl 162)
Waraqah juga dianggap ahli tafsir kitab2 suci, guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia menjelaskan isi kitab2 suci, ajarannya dan mempraktekkan kewajibannya.
BUKTI WARAQAH MENERJEMAHKAN INJIL KEDALAM BAHASA ARAB :
‘Pendeta/Biarawan Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Bukhari 1:3)
‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Muslim 301)
‘Waraqah mengganti agamanya kepada Nosrania pada jaman jahilyah. Ia menulis buku Ibrani apa yang ia ingin tulis.’ (Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114)
Quran tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal satu Injil, yaitu Injil Ibrani (INJIL MATIUS), satu2nya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab. Inilah Injil yang digunakan kaum Ebionis.
Al Qiss Waraqah, sebagai pemimpin Gereja Nosrania di Mekah, harus menjelaskan Injil kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu muridnya adalah MUHAMMAD BIN ABDULLAH, sepupunya, suami Khadijah.
Hubungan keduanya memang dekat. Waraqah-lah yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah. Ia mengajarkannya berdoa dan semedi di Bukit Hira. Ia mengumumkan ramalannya tentang Muhammad kepada sesama Arab di Mekah. Bahkan setelah kematian Waraqah, kata Bukhari, ‘PERSEDIAAN WAHYU BAGI MUHAMMAD MENGERING’ (Bukhari 1:3, 60:478) Komentar Muhammad sendiri tentang Waraqah : ‘Saya melihatnya di pusat Surga. Ia mengenakan kain putih.’ (Nasrani bukan Islam masuk surga???)
Apa agama Waraqah saat wafat ? Muslim atau Kristen Sektarian (Nosrania) ?
Ibn al Abbas : ‘Ia mati sesuai dengan kepercayaan Nazarethnya.’
Ibn al Yaouzi : ‘Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan Muslim.’
(Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)
Al Houjoun adalah kuburan para pemercaya satu Tuhan (Al-Hanif) dari suku Quraisy. Abdul Muttalib, kakek Muhamad dan orang tuanya juga dikubur disana.
Para penulis Sirat Rasulullah, anehnya, tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah. Ini aneh karena Quran sendiri yang menegaskan eksistensi mereka. Malah, kebanyakan ajaran Quran tidak bisa dimengerti jika ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, sangat sulit untuk mengerti sejarah nabi2 Perjanjian Lama atau ajaran taurat dan Injil, seperti yang dijabarkan dalam Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam kerangka dasarnya. Cerita Johanes Pembaptis, putera Zakariah, pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Yesus, mukjizat2 Yesus serta pesan2nya dalam Injil.
Status Waraqah harus ditekankan dalam pernikahan Muhammad-Khadijah. Al Qiss Waraqah adalah salah satu diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika menyatakan: ‘Kami para pemimpin dan ketua para Arab …’ Saudara2 Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan manajer masyarakat Nosrania.
Kedua, disebutkan bahwa Waraqah-lah yang mensahkan kontrak perkawinan ini. Ia adalah ulama utama, yang atas nama Tuhan menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis. Sebagai pendeta Kristen Nosrania, ia mensahkan penyatuan kedua sepupunya, Muhammad dan Khadijah. Kontrak inilah salah satu alasan mengapa Muhammad tidak berpoligami saat Khadijah masih hidup.
Ketiga, harapan Waraqah akan perkawinan ini adalah bagi kaumnya. Apakah ia hanya memberikan perlindungan dan kemapanan material bagi Muhammad yang miskin dan yatim piatu itu atau apakah ia juga ingin mempersiapkan Muhammad sebagai PENERUSnya, sebagai pemimpin (religius) Nosrania dan kepala kaum Quraysh ?
Keempat, partisipasi paman Muhammad, Abu Talib dalam rencana pendeta itu harus dicatat. ‘Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya.’ Bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu? Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Memang, tanpa Waraqah dan Khadijah, Muhammad tidak akan berarti apa2.
Waraqah kemudian mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhammad guna persiapan masa depan. Langkah pertama adalah isolasi ke Bukit Hira. Disitu ia akan mengasah kemampuannya bersemedi. Kakeknya sendiri sering bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Waraqah dan Muhammad mencari kesepian di sebuah goa di daerah itu dan setiap sekali setahun menghabiskan waktu satu bulan untuk semedi, selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dalam goa Khalwah ini, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhammad.
Ibu angkat Muhammad, Halimah melaporkan: ‘Dalam masa pertumbuhannya, Muhammad kadang keluar dengan teman2nya. Begitu mereka mulai bermain, ia meninggalkannya dan pergi ke tempat terkucil. Bagi Muhammad, pengalaman ini membebaskan jiwanya dari keramaian dunia dan memilih kehidupan yang dekat dengan Tuhan… tidak ada yang lebih penting baginya ketimbang menyendiri dan bersemedi pada Tuhan. Ia biasanya pergi ke Bukti Hira dan mempraktekkan semedi pagi dan malam hari.’
Namun Muhammad tidak mungkin melakukan ini kalau ia tidak dibimbing orang2 yang berpengalaman. Kakeknya, Abdul Muttalib dan pendeta Waraqah, adalah beberapa orang diantaranya. Muhammad mengadopsi contoh mereka untuk mempersiapkan mentalnya bagi misinya.
Ibn Hisham mencatat pernyataan al Yaqubi tentang goa Khalwah; ‘Rasulullah memasuki bukit Hira selama satu bulan sekali setahun begitu juga anggota2 Quraysh lainnya.’
Biografer lainnya menyebutkan: ‘Setelah akhir bulan (bersemedi) itu, ia kembali ke Kabah sebelum pulang. Ia melingkarinya sebanyak TUJUH KALI dan lalu berjalan pulang.’
Pengajar2 kompeten seperti Waraqah memberi instruksi kepada Muhammad. ‘Sebelum tibanya ramalan, Muhammad melakukan praktek agama sesuai dengan hukum Ibrahim dan Musa atau tradisi2 yang ada waktu itu.’
Sirah yg sama mengatakan: ‘Muhammad mempraktekkan puasa seperti Musa dan Elijah di Bukit Horeb (Exodus 3:1) dan seperti Yesus dan bapak2 Kristen pertama di gurun2 di Palestina.
Praktek puasa bulan Ramadhan juga merupakan tradisi pra-islam. Ini adalah bulan puasa dan doa2 khusus. Seperti disebutkan dalam Quran, ‘Wahai kalian yang beriman! Puasa ditentukan bagimu seperti yang diperintahkan kepada mereka yang datang sebelummu.’ (QS 2:183)
Selama bertahun2, Muhammad dan Waraqah bersama2 bekerja keras. Injil Matius yang diterjemahkan sang pendeta dari bahasa Ibrani kedalam bahasa Arab juga dipelajari Muhammad. Muhammad kagum bukan hanya dengan pesan Injil Yahudi, tetapi juga dengan kerja keras sepupunya, sang pendeta, dalam menerjemahkan kitab suci itu. Quran sendiri menunjukkan bahwa terjemahan Waraqah memperkenalkan Muhammad pada perbendaharaan kata2 suci. Untuk mempelajari lebih lanjut hal ini, kita harus menghilangkan sangkaan bahwa Muhammad buta huruf (tidak dapat membaca danm menulis).
Kepercayaan kuat bahwa Muhammad buta huruf melawan segala bukti yang ada: Ekspresi Quran ‘nabi buta huruf’ bukan berarti ia tidak bisa baca tulis. Penting disini untuk mengetahui apa yang diketahui Muhammad dan apa yang tidak diketahuinya. Yang diketahuinya adalah membaca/menulis yang sudah diajarkan padanya sejak kanak2. Bukti melek aksaranya sudah nampak dalam Quran dan buku2 lain. Apa yang TIDAK ia ketahui dan ingin dipelajarinya adalah ilmu kitab suci yang diwahyukan, yaitu ilmu spiritualitas dan hukum2. Ia akan mendapatkan ilmu ini dari seseorang yang sudah memilikinya.
1) orang ‘buta huruf’ menurut Quran adalah seseorang yang tidak memiliki kitab suci. Yahudi, keturunan Ishak, putera Ibrahim adalah kaum Ahlul Kitab. Sementara Arab, keturunan Ismael, putera Ibrahim BELUM memiliki Alkitab. Inilah yang dimaksudkan dengan ‘buta huruf’ di jaman Arab pra-Islam.
Quran membuat perbandingan ini : ‘Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?’ (QS 3:20) Ini menunjukkan keinginan para ‘buta huruf’ untuk mempelajari kitab suci.
‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS 2:78)
Muhammad menunjukkan kebanggaannya karena Tuhan memilihnya dari antara orang2 yang tidak memiliki kitab suci itu. ‘Allah mengirimkan rasul dari antara mereka.’ (QS 7:63)
Jadi keadaan ‘buta huruf’ ini lebih menunjuk kepada status sosial, ketimbang pada kemampuan baca tulis. Ayat2 berikut menunjukkan bahwa Muhammad percaya bahwa ia datang dari latar belakang ‘buta huruf’ ini. ‘orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi …’ (QS 7:157) dan ‘maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya’ (QS 7:158).
Jadi, kaum ‘buta huruf’ adalah bangsa Arab, keturunan Ismael, yang tidak memiliki kitab suci, sementara Ahlul Kitab, adalah keturunan Ishak, yang memiliki kitab suci.
2) Malaikat Jibril menyuruh Muhammad membaca dalam ayat pembuka Surah 96:
‘BACA ('Ikrar'), dalam nama Allahmu, yang menciptakan manusia dari segumpal darah… BACA ! Karena Allahmu maha pemurah, Ia yang mengajarkanmu cara penggunaan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (1-6)
Para ilmuwan Muslim setuju bahwa ini surah pertama yang turun pada Muhammad. Mereka juga bersikeras bahwa Jibril membawa buku di tangannya untuk ditunjukkan kepada Muhammad. Jika Muhammad tidak dapat membaca, maka mengapa ayat Quran ini memerintahkan nabi untuk ‘BACA’ ?
3) Muhammad mendapatkan kemampuan ilmu2 alam termasuk kemampuan membacanya dari Abu Talib. Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anak2nya sendiri. Ketika Muhammad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhammad makanan yang paling baik.’
Ini jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhammad ini, menulis karyanya berjudul Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.
Ilmu Ilahi yang diberikan Waraqah kepada Muhammad adalah ilmu Kitab Suci. Mereka bersama2 belajar Midrash, Talmud, Taurat dan Injil Matius, empat kitab yang nantinya menjadi dasar penulisan Quran. Dalam uraian yang akan datang kita akan mengetahui bahwa Quran adalah hasil modifikasi dari keempat kitab tersebut.
Muhammad mempelajari Injil Ibrani (Injil Matius) dengan Waraqah. Kitab ini adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Arab oleh Waraqah, dimaksudkan agar dapat menyelesaikan perselisihan.
‘Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).’ (QS 43:3)
Dengan pengetahuan ini, Muhammad dan pengikutnya akan membantu bangsa Arab yang bermasalah dengan hukum pidana. Orang2 ini tidak bisa dihakimi ataupun dibela karena mereka tidak memiliki kitab suci. ‘Apakah kami akan memberlakukan Muslim seperti orang yang berdosa? Ada apa denganmu? Bagaimana kalian menghakimi? Atau apakah kalian memiliki sebuah buku yang kalian pelajari? Itu kalian akan miliki …’ (QS 68:35-39)
Jadi Muhammad mempelajari kitab suci yang ditawarkan Waraqah. Ia akan menggunakan pengetahuannya ini untuk menjelaskan arti2nya kepada saudara2 Arabnya. Dengan itu ia dapat menyatakan dengan yakin ‘kepada orang yang membahas Tuhan, tanpa ilmu, tanpa pengarahan dan tanpa buku pengarahan yang mapan.’ (QS 31:20,22)
Bukti ini menunjukkan bawha Muhammad mampu membaca dan memiliki ilmu Ilahi. Jadi kalau Quran merujuk kepada ‘ilmu yang tidak diketahui manusia’ ini berarti ilmu tentang kitab2 suci yang sudah diturunkan terdahulu.
Saat Muhammad mengalami keraguan atas wahyu Allah, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab.
‘Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,’ (QS 16:43)
Dan salah satunya yang membaca kitab dan memiliki pengetahuan yang datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.
‘Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.’ (QS 21:7)
‘Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka..’ (QS 6:90)
‘Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:159)
’Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:181)
Terbukti bahwa Muhammad merupakan bagian dari rencana Waraqah. Khadijah, wanita mapan & beruntung itu menyediakan fasilitas yang diperlukan Muhammad dalam misinya dalam bentuk uang, kehormatan dan cinta. (Muhammad bisa pergi dari rumah, belajar, berkotbah, bertapa selama berbulan2 lamanya tanpa mengkhawatirkan keuangan keluarga.)
Kesemuanya ini diatur Waraqah dan diwujudkan oleh Khadijah. Wanita Arab ini menjadi penghubung antara Waraqah dan Muhammad. Sering dikatakan, ‘Khadijah mengeksekusi semua hal sesuai dengan nasehat Waraqah.’
Waraqah, Khadijah dan Abu Talib memainkan peranan penting dalam hidup dan misi Muhammad. Setelah kematian mereka sekitar th 619, Muhammad merasakan kehilangan hubungan intim dan dukungan emosional. Dengan kematian Waraqah, ‘persediaan wahyu mengering.’ Dengan kematian Khadijah, ‘cobaan semakin meningkat dalam kehidupan Muhammad. Setelah kematian Abu Talib, ‘klan Quraysh mencoba melukai Rasulullah.’ Muhammad kehilangan TRINITAS nya.
Apa sebenarnya maksud sang pendeta Kristen sekte Nosrania tersebut? Apa yang diinginkannya dari Muhammad? Kenabian Muhammad atau kepentingannya sendiri ?
Setelah para kolektor Quran mulai meremehkan peran sang pendeta, mereka terdorong oleh tradisi oral yang lebih mementingkan aspek hukumnya, ketimbang bukti2 sejarah. Para kolektor ini menerima sedikit informasi atas peran sang pendeta dalam kenabian Muhammad. Mereka ini juga tidak mempertanyakan bagaimana otoritas religius (al-Qussussiyyah) ditransmisikan oleh sekte Nosrania kepada mereka yang mengikuti Islam.
Namun karena banyak keraguan bahwa Muhammad benar2 seorang nabi, para kolektor ini mencari tanda2 yang mereka lacak ke hari2 pertama Adam. Mereka terus mencari tanda2 dengan mengatakan bahwa rabbi, pendeta, tukang sihir, JIN, SETAN, hewan, berhala, pohon dan batu mendukung pesan nabi. Mereka bersikeras bahwa nama Muhammad ditemukan dalam Taurat dan Injil. Pada saat yang sama mereka mengesampingkan al Qiss Waraqah yang sebenarnya adalah orang yang pertama2 menyatakannya sebagai nabi disamping Khadijah.
Ini peristiwa saat Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, kemudian Waraqah menyatakan Muhammad sebagai seorang nabi:
Satu aliran Islam menulis, di suatu malam dibulan Ramadhan ditahun 610 M, saat berumur 40 tahun, ketika dia bersemedi di gua Hira, malaikat Jibril muncul didepannya “dalam bentuk manusia yang sangat menyilaukan” (R.V.C. Bodley, op. cit. hal 56) dan memerintahkannya untuk “membaca dalam nama tuhanmu” (QS 96:1).
(Gambar disamping adalah gambar Gua Hira, mungkinkah Malaikat menemui Muhammad disaat bertapa tempat seperti ini? )
Muhammad kemudian protes bahwa dia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Jibril tersebut. Hadits yang diceritakan istri mudanya, Aisha, menceritakan bahwa Jibril menekan dada Muhammad sebanyak tiga kali (Martin Lings, op.cit hal 43) dengan maksud untuk membuatnya mengikuti perintah. Mendadak, dia merasa dipenuhi sinar pengertian, dan dia membaca lima ayat pertama dari Surat yang disebut Iqraa (Surat 96), ditulis dalam sebuah spanduk / bendera yang tergantung diujung langit. Ketika selesai, sang utusan surga berkata, “Oh, Muhammd, sebenarnya kau adalah nabi tuhan dan aku adalah malaikatnya Jibril!”
Penuh ketakutan, Muhammad lari kerumah. Khadijah menenangkan dan menyelimutinya. Setelah beberapa waktu, malaikat Jibril muncul dirumahnya dan memerintahkan dia utk “Bangun dan berilah peringatan, Hai orang yang berselimut!” Menurut hadis Hadhrat Zubair, Surat Muddaththir (Surat 74) adalah Surat pertama yang diturunkan pada Muhammad dan bukan surat Iqraa (Surat 96), seperti yang dipercaya banyak muslim.
Khadijah kemudian memanggil Waraqah. Katanya ‘Sepupuku, dengarkan apa yang dikatakan keponakanmu!’
‘Keponakan tersayang! Apa yang kau lihat?’ tanya Waraqah. Saat Muhammad selesai berbicara, sang pendeta bertanya kepadanya dan mengulangi peringatan2 sebelumnya. Dia lalu menyatakan bahwa apa yang dikatakan Muhammad bukan saja benar tapi Muhammad juga adalah nabi yang kedatangannya telah dituliskan oleh kitab agama2 lain. Waraqah juga mengatakan, ‘Ah! Seandainya saya masih muda dan dapat menyaksikan saat dimulainya misi ini !’ (Sahih Bukhari 1:3). Meski ia mendukung Muhammad, Waraqah tidak pernah memeluk islam dan mati sebagai Kristen Nosrania. Mengapa?
Nampaknya maksud Waraqah agak berbeda terhadap Muhammad. Tujuan Waraqah sebenarnya adalah untuk mengumumkan bahwa Muhammad menjadi penerusnya (sebagai pendeta Nestorian!) untuk menjadi kepala masyarakat Nosrania di Mekah.
Muhammad mengerti tugasnya dan apa yang diharapkan darinya. Ia mulai mengkotbah dan memperingatkan orang tentang hal2 yang tidak mereka ketahui dalam Kitab Suci. Ia menunjukan kepada mereka jalan yang benar dan agama yang sah. Ia membacakan mereka teks dari buku suci Yahudi yang diterjemahkan Waraqah itu. Tujuannya sebenarnya memperingati orang akan Taurat dan Injil. ‘Peringatkan. Kau hanyalah seseorang yang memperingatkan!
’Setelah kematian Waraqah, ia diberi jabatan sebagai pemimpin religius. Namun ia takut bahwa Allah telah meninggalkannya karena wahyu tidak turun selama 2-3 tahun. Tetapi akhirnya wahyu datang juga dan malah ia sempat memodifikasi pesan2 sebelumnya. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan watak Muhammad. Kemudian di Medinah, wahyu2 Quran ditambahkan kepada ayat2 Mekah.
Para kolektor Hadis seperti Muslim Ibn al Hajjaj, al Bukhari dan al Isfahani setuju bahwa pendeta Ebionit bernama Waraqah itu menerjemahkan Injil kedalam bahasa Arab. Apa isi Injil ini? Untuk itu kita harus melihat ke data2 bapak2 pendiri gereja.
Buku2 terbitan mereka merupakan indikator menakjubkan tentang keempat abad pertama Injil Ibrani ini. Injil yang tidak terkenal ini akhirnya tertanam dalam Quran berbahasa Arab dan menjadikannya hubungan penting kepada ‘naskah asli’ (al-lawh al-mahfouz) yang dikatakan merupakan sumber Quran.
Sejarawan paling dini, Eusebius (w. 340) mengutip Hijsub, yang hidup di permulaan abad ke dua, mengatakan: ‘bahwa ia mereproduksi teks Injil menurut Yahudi, yaitu Injil Aramaik dalam bahasa Ibrani. Katanya, ‘Injil ini adalah yang paling dipercaya kaum Ibrani yang percaya kepada Yesus Kristus.’
Mengenai golongan Ebionit, ia mengatakan: Mereka hanya menggunakan Injil Ibrani dan tidak menunjukkan ketertarikan kepada Injil2 lain. Katanya, ‘Mereka mematuhi hari Sabat dan tradisi2 Yahudi lainnya. Mereka saling menegur agar mempraktekkan prinsip2 Taurat. Mereka menganggap bahwa penyelamatan manusia tidak terbatas pada hanya percaya dalam Yesus Kristus, tetapi dalam melaksanakan hukum Musa.’
Epiphanus (w. 403) menulis tentang sekte Ebionit dan Injil Ibrani sekte tersebut: ‘Mereka hanya terikat pada Injil (Matius) dan menamakannya ‘Injil menurut Ibrani’. Injil Matius itu tidak sempurna tetapi telah dirubah dan masih tidak lengkap.’ Epiphanus mengutip St Irenaeus, uskup Lyon (w.208), ‘Ebionit hanya menggunakan Injil Matius, tetapi mereka tidak memiliki kepercayaan yang benar kepada Tuhan.’
Para bapak2 pendiri gereja berbicara tentang penyelewengan (unorthodoxy) kaum Ebionit. Ada kalanya injil mereka disebutkan Injil Nazerine (Injil orang Nazareth), Injil Ibrani, Injil Ebionis atau Injil ke12 Apostel. Ini merupakan versi injil aramaiknya Matius, yang juga menjadi salah satu sumber injil2 kemudian. Injil Ibrani ini menurut kaum Ibrani memainkan peran penting dlm men-transfer doktrin2 heterodox ataupun ortodox kedalam kepercayaan dan praktek Muslim.
Ajaran2 seperti Yesus sang Mesiah, Roh Kudus, zakat, kiamat dan pengadilan terakhir dan nasib akhir manusia, ini semua tercakup dlm Injil Ebionis. Tapi teks Injil Ibrani yang diadopsi dan ditulis kembali oleh Waraqah dalam versi Arabnya bukan terjemahan akurat dan penuh. Metodanya lebih dekat kepada exegesis dan apologetic ketimbang terjemahan dan transmisi secara harafiah.
Selain mendapatkan pengetahuan agama dari Waraqah, Muhammad juga mendapatkan pelajaran agama dari Zaid bin Amr. Seperti yang ditulis diartikel terdahulu, bahwa Muhammad bukanlah orang yang pertama kali menentang budaya berhala di Mekah. Di Sirat Rasul diceritakan mengenai beberapa orang yang dengan keras menentang polytheisme dan ingin mereformasinya menjadi monotheisme absolut. Salah satunya adalah Zayd bin Amr ini. Muhammad dan Zaid bin Amr sering bertemu digua2 sewaktu mereka sedang bersemedi. Bahkan gua Hira, tempat dimana Muhammad mengaku bertemu hal gaib, adalah tempat bersemedi favorit bagi Zaid.
Pelajaran keagamaan yang diterima Muhammad dari Zaid, dikemudian hari banyak dituangkannya kedalam Quran. Anda dapat membandingkan tulisan2 berupa syair yang di buat oleh Zaid dengan Quran buatan Muhammad tersebut.
Dengan bekal keagamaan yang cukup dari guru2nya, sekaligus dukungan penuh dari orang2 seperti Khadijah dan Waraqah, Muhammad mulai yakin dengan misi yang diembannya. Misi awalnya ia lakukan secara sembunyi2, kebanyakan yang menjadi target Muhammad adalah sahabatnya, para budak, dan orang2 miskin. Dengan modal kekayaan yang memang diberikan Khadijah untuk mendukung misi suaminya tersebut, Muhammad berhasil menarik para budak dan orang2 miskin untuk menjadi pengikutnya.
No comments:
Post a Comment