Fifi Sumantri, 7 Dec 2009
Penelitian itu cukup komprehensif. Dengan melibatkan beberapa peneliti dari Timur Tengah dan Arab Saudi sendiri, tim peneliti mengambil buku-buku daras yang diajarkan di sekolah-sekolah, dari Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat menengah (SMU). Sebagian besar buku itu adalah buku-buku mengenai teologi (Tauhid) dan sebagian lain mengenai hukum Islam (Fikih) dan hadis.
Hasil penelitian itu sangat menarik dan penting untuk disimak, karena meskipun obyek penelitiannya hanya Arab Saudi, tema yang diangkat menyangkut ajaran dan doktrin Islam yang erat terkait dengan kaum Muslim secara lebih luas. Apalagi Arab Saudi dianggap sebagai “pusat” dan “model” Islam oleh banyak kaum Muslim di dunia.
Arab Saudi dikenal sebagai negara yang secara keras menerapkan hukum Islam. Secara resmi negara mendeklarasikan diri sebagai kerajaan Islam dan mempraktikkan aturan-aturan sosial-kemasyarakatan secara Islami. Pendidikan Islam juga ditekankan secara berlebihan, dengan pemisahan laki-laki dan perempuan di sekolah-sekolah, dan memasukkan materi-materi keagamaan pada setiap disiplin ilmu.
Kurikulum yang diajarkan sekolah-sekolah Arab Saudi sesungguhnya juga tidak unik. Beberapa doktrin dan ajaran Islam yang diajarkan kurikulum itu dengan mudah dapat dijumpai di sekolah-sekolah lain di Timur-Tengah. Kita bahkan juga bisa menjumpai beberapa materinya di sekolah-sekolah Indonesia.
Secara umum, kurikulum keislaman yang diajarkan di dunia Islam diambil dari sumber-sumber utama Islam seperti Alquran dan Hadis. Sumber lain adalah buku-buku fikih dan teologi yang dikarang ulama-ulama zaman dahulu. Beberapa dari sumber-sumber itu memang mengandung anjuran-anjuran intoleransi dan permusuhan terhadap agama atau sekte lain. Hal ini lumrah belaka, karena masa pembentukan Islam juga diwarnai oleh ketegangan dan pertentangan, baik dengan Yahudi-Kristen maupun sekte-sekte sempalan.
Karena itu, tidak mengherankan jika kita menemukan di kurikulum itu adanya anjuran untuk membenci kaum Yahudi, Kristen, atau Syi’ah. Saudi Arabia dikenal sebagai negara yang sangat membenci sekte Syi’ah, selain Sufisme.
Di hampir setiap buku daras (text book) yang diajarkan di sekolah-sekolah Arab Saudi –dan saya kira juga di negeri Islam lainnya—murid-murid diajarkan tentang keluruhan Islam dan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Doktrin ini bukan ciptaan ulama, tapi merupakan ajaran yang dinukilkan langsung dari Alquran yang mengatakan “siapa saja yang menghendaki agama selain Islam, tak akan diterima” (Q.S. 3:85).
Agama-agama besar lainnya selalu dipersepsi sebagai agama yang sesat, jahat, dan selalu memusuhi Islam. Ini juga merupakan derivasi langsung dari Alquran: “Orang-orang Yahudi dan Nasrasi tak akan rela sehingga kalian semua masuk ke dalam agama mereka” (Q.S. 2:120).
Rasa benci dan permusuhan kepada Yahudi dan Kristen telah ditanamkan sejak sangat dini kepada anak-anak Muslim. Sebuah buku pengajaran untuk anak Kelas 1 SD di Arab Saudi, misalnya, memaparkan sebuah soal yang harus dijawab, sebagai berikut:
“Isilah titik-titik berikut dengan kata-kata yang cocok (Islam, neraka): Setiap agama selain …….. adalah sesat. Setiap orang yang mati di luar Islam akan masuk ke ………”
Kepada siswa kelas 4 SD diajarkan tentang makna iman yang benar, yakni bahwa “iman yang benar adalah bahwa kamu membenci musyrik dan kafir tapi tidak memperlakukan mereka secara tidak adil.” Musyrik dan kafir selalu merujuk kepada Yahudi, Kristen, dan agama-agama lain di luar Islam.
Permusuhan kepada orang-orang yang tidak seiman selalu ditekankan. Dalam hal ini, “tidak seiman” bukan hanya berarti orang-orang Yahudi dan Nasrani, tapi bisa siapa saja yang memiliki keyakinan berbeda, termasuk saudara Muslim sendiri yang dianggap “tidak seiman.” Secara jelas, ini diajarkan pada siswa kelas 6 SD, dengan menegaskan bahwa orang yang seiman, meski tak punya hubungan darah adalah saudara, tapi orang yang tak seiman, meskipun saudara, adalah musuh.
Siswa-siswa SMP diajarkan materi keagamaan yang lebih matang, meski nuansa-nuansa kebencian tetap dipelihara. Kepada kelas 2 SMP, anak-anak sekolah di Arab Saudi diajarkan hadis Nabi yang entah sahih atau daif: “monyet-monyet adalah Yahudi, orang-orang Sabat; sementara babi-babi adalah orang-orang Kristen, yang menentang Nabi Isa.”
Kebencian terhadap Yahudi dan Kristen terus dipelihara sepanjang masa. Hampir setiap kelas, rasa kebencian dan permusuhan itu terus dijaga. Kepada kelas 3 SMP, siswa diajarkan bahwa pertentangan antara Muslim dengan Yahudi dan Kristen akan bertahan terus sampai hari kiamat. Mengapa demikian? Jawabnya, karena Allah menghendaki demikian.
Siswa-siswi SMA diajarkan materi yang lebih luas dan lebih analitis, meski nuansa kebencian dan diskriminasi tetap terlihat jelas. Dalam mata pelajaran Fikih, misalnya, diajarkan bahwa nilai hidup orang-orang non-Muslim adalah separuh dari orang-orang Muslim yang merdeka. Status nyawa mereka sama dengan budak yang beragama Islam.
Secara umum, perlakuan kurikulum Arab Saudi terhadap non-Muslim sama dengan perlakuan terhadap kaum perempuan. Dengan merujuk buku-buku fikih klasik, kaum perempuan selalu dihargai separuh, baik dalam masalah warisan, kesaksian, maupun perkara-perkara lain yang bersifat publik.
Dengan muatan kurikulum semacam itu, tidak salah kalau banyak orang meyakini bahwa adanya keterkaitan erat antara cara beragama orang-orang Saudi dengan doktrin-doktrin yang diajarkan di sekolah-sekolah mereka. Kebencian terhadap Amerika, negeri kafir di mana banyak orang Yahudi dan Kristen tinggal, dinyatakan dengan mengebom gedung WTC pada 11 September 2001. Bukankah 15 dari 19 pengebom itu adalah warga Arab Saudi?[]
ALI SINA: Pelajari Alquran, Kamu akan Tahu Islam yang Sebenarnya!
Kekerasan Islami adalah hasil langsung dari teologi Islam. Betapa naifnya utk percaya bahwa gerakan Wahabi, Revolusi Khomeini dan Al-Qaeda sama sekali tidak ada hubungannya dg ajaran kebencian dalam Quran. Sejarah juga memasukan kisah Muhammad dan perang terornya.
Saya setuju dg Mr. Pipes bahwa Quran adalah kitab yg membingungkan, bahwa banyak ayatnya diganti2 dan seseorang harus punya pengetahuan tentang sha’ne nozool (konteks) utk mengerti buku ini. Tapi muslim terpelajar seperti para Mullah juga punya pengetahuan itu dan mereka tahu semua yg disebut pengajaran lembut dari Quran yg ‘diungkapkan’ ketika Muhammad masih lemah telah diganti semuanya ! Dan ajaran yg sah adalah ajaran2 yg ‘diungkapkan’ kemudian, yang menyebut2 pembunuhan para kafir (9:123), jangan berteman dg yahudi dan kristen (5:51), tundukan mereka sampai mereka bayar pajak Jizya (9:29), anggap mereka najis (kotoran, tidak boleh disentuh, tidak murni) (9:2) dll.
Singkatnya, Quran adalah buku kekerasan. Pesan dari Quran adalah pesan kebencian. Pesan ini sangat jelas dan keras. Sangat tidak mungkin utk mereka yg percaya dan mengikuti Quran utk menghindari kebencian pada mereka yg lain agama. Mustahil utk berpikir bahwa ajaran2 yg mengilhami kebencian dalam Quran tidak ada sangkut pautnya dg kebangkitan militan Islam. Silahkan anda mendengar khotbah2 di mesjid2 utk melihat dan mendengar jenis kebencian yg diajarkan dan darimana sumber kebencian itu. Ya, pelajarilah Quran utk melihat darimana militan Islam mendapat ajarannya.
Kalau Islam agama Kebencian, kenapa pengikutnya banyak yang tidak jahat?
Pernah seorang bernama Romadi (Al-Islah) mengatakan bahwa dirinya bisa berteman dengan baik dengan orang Kristen lantaran dia menghilangkan sikap fanatisme dalam agamanya. Jelaslah bahwa fanatisme Islam adalah bertentangan dengan nurani. Dia sebenarnya tanpa disadari mengakui kalau ajaran Islam itu picik dan tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Jika ia lebih mengedepankan Islamnya, maka ia akan membenci temannya yang "kafir" itu lantaran beragama Kristen. Dan kini, dia tetap bisa berteman dengan baik dengan siapapun juga termasuk "kafir" karena tidak menghiraukan ajaran jahat agamanya namun lebih mengutamakan arti persahabatan antar sesama.
Setiap manusia, di luar pengaruh agama, memiliki hati nurani. Hanya binatang yang tidak memiliki hati nurani.
Ibu Teresa-pun kalau dilahirkan sbg atheis tetap akan mengajarkan kebaikan, cinta kasih, pengampunan dsb. Tetapi ia diinspirasi oleh ajaran Kristen. Dan agama itu tidak menghalanginya utk berbuat baik, malah membuatnya tambah baik dan mendedikasikan seluruh hidupnya bagi orang lain.
Tapi seandainya Ibu Teresa dilahirkan sbg Muslim, bgm kelakuannya ? Ini tergantung dari Ibu Teresa memilih jadi manusia baik atau Muslim baik. Utk menjadi Muslim baik, Ibu Teresa harus menganggap non-Muslim najis. Ia tidak boleh berteman dgn non-Muslim. Jika ia menjadi perawat, ia tidak boleh menyentuh pasien lelaki. Ia harus membenci Hindu, Yahudi dan Kristen, dan siapapun yg bukan Muslim. Ia tidak dapat memperlakukan Muslim dan non-Muslim secara sederajad. Sbg Muslim baik, Ibu Teresa harus memprioritaskan pasien Muslimnya terlebih dahulu.
Tes mana agama yg benar bukan tergantung dari berapa banyak ajaran baiknya, tetapi berapa banyak ajaran BURUKnya. Memang mengherankan bgm orang2 sangat pandai hanya memandang ajaran Islam yg baik2 saja dan sama sekali tidak menggubris ajaran jeleknya.
Banyak Muslim mengeluh, mengapa hanya melihat pada jeleknya saja ? Jawaban saya : kalau anda menyebut agama anda sbg yang paling sempurna, mengapa ada ajaran jelek dalam ajaran Islam?
Alasan kau menjadi baik adalah karena kau tidak mendalami Islam. Pengetahuan dan pengertianmu ttg Islam hanyalah di permukaan saja. Tapi begitu kau mula membaca Quran dgn seksama maka kemungkinan hanya dua: kau akan meninggalkan Islam, atau kau menjadi teroris.
Saya yakin kebanyakan Muslim memang orang baik. Dan begitu mereka disadarkan akan kepalsuan Islam, mereka akan menjauh dari Islam. Saya yakin sepenuhnya bahwa akhir Islam sudah dekat. Islam sudah dihancurkan. Buktinya baca saja artikel2 di situs ini. Tantangannya adalah bgm membawa kabar ini ke semua Muslim. Jangan kau takut dgn jumlah Muslim yg satu milyar.
Islam spt rumah kartu, fondasinya sudah keropos. Tinggal tunggu waktunya saja. Kau tinggal memilih, mau ikut kami, atau ikut Muslim yg semakin hari semakin dibenci dan dijauhi spt penyakit LEPRA. Lihat komentar Ali Sina tentang hal ini.
Bukan Orangnya, Tapi Agamanya
http://www.annaqed.com/ diterjemahkan oleh: Volunteer (Faithfreedom)
Masalahnya dengan Islam radikal, bukannya Muslim yg berkelainan jiwa, pengidap psychotic sociopath yg perlu kita khawatirkan. Yang menjadi masalah dengan Islam radikal adalah kemampuannya untuk merayu orang baik-baik, pandai, manusiwai dan berbudi baik sampai menjadi pelaku-pelaku perbuatan ekstrim.
Inilah sebabnya kita tidak bakal bisa meyakinkan Muslim bahwa memang ada problem dengan agama mereka. Pengalaman pribadi mereka sendirilah yang mengajari mereka bahwa, sebagai contoh, semua muslim yang mereka kenal, teman2 dan famili mereka, adalah orang baik, lembut dan murah-hati. Mereka menghubungkan ini dengan Islam. Tapi saya menghubungkan ini dengan sifat kemanusiaan belaka…
Pengalaman saya tinggal di sebuah negara Islami memang banyak Muslim baik2. Tapi masalahnya adalah agamanya yg sangat absolut menuntut kemutlakan, begitu ‘murninya’ sampai tidak memperbolehkan sedikitpun ruang bertanya atau keraguan tentang dogmanya, dan tidak ada kritisi dari dalam.
Setelah menciptakan mitos mengenai monodiety (tauhid, satu Allah) yang absolut, Islam seolah2 seperti telah meloloskan ‘jin dari dalam botol’ yg tidak bisa dimasukkan kembali. Prinsip Islam ini begitu kuat, sementara struktur agamanya juga begitu lemahnya sampai2 Islam menjadi serupa internal combustion engine (mesin pembakaran internal) yang dindingnya sudah meledak dan menciptakan kebakaran besar. Prinsip dasar Islam ini mungkin memang cukup bagus dan mungkin berguna tapi tidak bisa dikendalikan begitu diterapkan pada lingkungan yang berbeda.
Hasil bersihnya mungkin positif kalau tidak ada faktor2 external. Namun sifat Islam yang kukuh-kolot tidak akan membiarkan pengikutnya untuk bertindak dengan keikhlasan hati yang cukup untuk bisa menerima non-muslim sebagai mahluk yang sederajad.. Muslim dilarang kawin campur dengan non-muslim (kecuali non-muslim masuk Islam) dan dalam banyak hal lain menentang asimilasi (contoh : di Barat). Jadi ketika Islam diperkenalkan kepada lingkungan non-Islam, ketegangan pun tidak dapat lagi dihindarkan dan seringkali menjadi kekerasan.
Bagi para Muslim yang mungkin membaca ini saya akan terus-terang saja. Sebagai manusia anda bisa saya terima, saya menghargai anda dan banyak kalangan anda, yg saya tahu, saya akan bangga untuk menganggap teman. Namun agaman anda itu, maaf-maaf saja, saya tidak bisa menerimanya dan bahkan merasa wajib untuk melawannya karena agama anda adalah sumber dari sekian banyak masalah.
Pym Fortun dari Belanda tewas karena dia berani jujur. Islam tidak menyumbang kebaikan apa-apa bagi Eropa. Hal yang sama juga berlaku bagi banyak negara lainnya…
Meskipun saya selalu percaya bahwa semua orang boleh beribadah kepada apa saja yang mereka yakini, apa pun itu namanya, saya tidak dapat mentoleransi penyebaran Islam yang berkelanjutan tanpa ada satu pun upaya moderasi dari absolutisme yang demikian mendarah-daging. Dan karena kelihatannya tidak mungkin untuk memoderatkan Islam, pilihan satu-satunya adalah untuk menentangnya…
Sebagai mana telah disebut2 dalam posting2 terdahulu, beberapa politisi saat ini telah sampai kepada kesimpulan yang sama. Dari Australia sampai England, para politisi mulai sependapat bahwa untuk tinggal di negara2 kami Muslim-lah yang harus menerima supremasi dan kedaulatan hukum di wilayah2 kami di atas segala hukum dan keyakinan2 lain. Dan jika anda tidak dapat menerima hal itu, silahkan anda pergi sajalah ke tempat lain…
Demokrasi di Barat adalah hasil sepakat bersama, demokrasi harus diterima oleh semua pihak sebagai sebuah kesepakatan sosial agar masyarakat kita dapat melangsungkan kehidupan. Masalah tentang Islam ini ialah bahwa Islam selalu ngotot untuk harus meninggikan posisinya di atas segala kesepakatan/perjanjian sosial atau politis (dengan kata lain = mengacau keharmonisan).
(Anda tidak percaya ? Bacalah berita dunia dan anda mengerti bahwa 90% kerusuhan didunia diakibatkan oleh Islam.)
The Problem is Islam, not Muslims
Kita harus membedakan antara Muslim dan Islam. Muslim adalah orang, mahluk manusia seperti anda dan saya dengan sifat baik, harapan, dan aspirasi2 yang menjadi ciri kita semua umat manusia; tapi Islam adalah doktrin yang mengajarkan manusia2 menjadi benci kepada manusia2 lainnya. Kebanyakan Muslim tidak tahu apa-apa tentang Islam. Rata2 Muslim masih percaya bahwa Islam adalah agama damai karena nama itu diturunkan dari kata damai. Banyak Muslim yakin bahwa Muhammad itu orang jujur. Mereka tidak tahu tentang kejahatan-kekejian yang dilakukan sang Nabi suci dan bahwa dia ini adalah sosok pendendam yang membunuh orang2 tak berdosa tanpa rasa bersalah sedikitpun. Mayoritas Muslim percaya bahwa Muhammad menghapuskan perbudakan dan tidak mengetahui bagaimana buasnya dia menyerang penduduk tak berdosa dan membantai mereka serta mempebudak anak2 dan istri mereka. Mereka masih percaya bahwa Muhammad mengawini begitu banyak bini demi melindungi mereka dari "kelaparan" namun tidak tahu detil dari kejahatan2 skandal seks dan nafsu2 bejadnya.
Mayoritas Muslim orang baik-baik karena mereka tidak tahu Islam. Dan ya memang ada banyak orang-orang baik dan saleh di antara mereka, tetapi penyebabnya bukanlah Islam. Orang Muslim baik-baik tanpa Islam, dan mereka itu baik karena mereka tidak mengikuti perintah-perintah Quran.
Mereka yang tertarik masuk Islam dapat dipisah menjadi dua golongan. Kelompok pertama menemukan bahwa Islam itu menarik dan sesuai dengan karakter kriminal mereka. Mereka membunuh, menganiaya sesamanya, menjadi teroris dan menjalankan Quran dan Sunnah dengan sangat riang dan tanpa rasa malu sedikitpun. Anda akan menjumpai type macam ini di antara kaum semacam Taliban, para Mullah Iran, dan kaum teroris Islam di manapun (termasuk di Indonesia ini). Kelompok yang lainnya adalah yang terkejut dan muak ketika mereka melihat kebenaran sejati tentang Islam dan meninggalkannya. Jika anda seorang Muslim, tanyakanlah diri anda pada golongan yang mana anda berada? Sesudah mempelajari kebenaran sesungguhnya mengenai Islam dan menyaksikan sendiri bukti-bukti yang disodorkan di hadapan anda, anda dan saya tidak lagi berada dalam kelompok mayoritas yang "naif/tidak tahu". Yang saya maksud "tidak tahu" adalah ketidaktahuan akan Islam. Sekarang anda tahu kebenaran mengenai Islam dan apa yang ada di dalam Quran. Jika anda memilih Islam setelah mempelajari kebenaran sesungguhnya, anda ada di jalur yang berbeda dari mereka yang mengutamakan kelayakan sebagai manusia, kebenaran, dan kebaikan yang pantas. Di sinilah watak asli pribadi masing-masing diperlihatkan. Di sinilah garis perpisahan antara yang baik dan yang jahat ditarik. Anda bisa memilih untuk mengikuti yang baik dan meninggalkan Islam; atau anda memilih terus mengikuti kultus kegelapan penanam kebencian penuh pembunuhan ini dan menolak kelayakan bermanusiawi dan kebaikan.
Di sinilah di mana kita memperlihatkan watak asli kita. Kita semua telah membaca ayat2 Quran yang dipenuhi benci/dengki sama dengan yang telah saya baca, riwayat2 kejahatan sang Nabi yang sama dengan yang sudah saya baca. Namun reaksi kita berbeda. Kejahatan-kejahatan itu tidaklah sejalan dengan sifat saya dan sifat banyak orang jujur lainnya. Namun justru bagi beberapa orang mereka tidak punya masalah apapun untuk menerima kejahatan2 itu. Beberapa di antara kita menderita shock setelah mempelajari apa yang Muhammad lakukan pada Safiyah, yaitu memperkosanya setelah membunuh ayahnya dan pada hari yang sama pula membantai suaminya dan banyak sanak-keluarganya; beberapa orang lain tidak merasa apa-apa. Beberapa di antara kita muak membaca detil-detil kisah holocaust pertama yang disebabkan oleh Muhammad, pembantaian massal dgn darah-dingin terhadap orang2 Yahudi di Arabia; bagi beberapa yang lain itu sih tidak ada apa-apanya. Beberapa di antara kita bergidik sewaktu membaca bahwa sang Nabi biasa menteror lawan-lawannya seperti seorang gangster jalanan, tidak menunjukkan belas-kasihan bahkan terhadap kakek usia 120 thn dan seorang ibu beranak bayi 5, yang kesalahannya hanya karena ia mengarang sebuah syair yang membuat nabi kebakaran jenggot. Hal ini tidak berarti sesuatu apa pun bagi beberapa Muslim. Kita merasa muak sewaktu kita diberitahu bahwa orang ini, sang nabi suci Allah (damai untuk jiwanya yang bersih tanpa dosa) membakar perkebunan dan menghancurkan sumur2 air minum, pokoknya membenarkan segala cara demi mencapai tujuan yang diinginkannya.
Bagi beberapa orang ini malah dianggap tanda-tanda orang tokoh besar. Beberapa di antara kita terguncang sewaktu membaca sang Nabi menyerang kafilah-kafilah pedagang, menjarah-merampoki kota-kota, memperbudak penduduk, memerintahkan supaya tawanan2 wanita yang diperolehnya dari perang diperkosa dan memperkaya diri sendiri dengan cara merampas harta benda korban2nya dan menjual si empunya sebagai budak. Bagi beberapa Muslim kesemuanya itu malah jadi bagian yang terpuji dari sosok seorang rasul Tuhan.
Jika itu yang anda rasakan, ya jelaslah anda dan saya memegang nilai-nilai yang sangat berbeda. Tuhan yang saya percaya adalah yang benar-benar murni kasih-sayang. Ia tidak membunuh, tidak merampok, menjarah, dan tidak mengutuki. Tuhan saya tidak memerintahkan pemerkosaan, tidak menjagal nyawa orang, Ia tidak membeda-bedakan dan tidak menamakan sebuah kelompok manusia sebagai si najis. Tuhan saya bukanlah khairul makerin sang "maha penipu", seperti yang dia jabarkan dalam Quran dan juga bukan seorang tirani yang bengis. Ia tidak membakar siapa pun dalam api dahyat yang menyala-nyala selamanya karena seseorang telah gagal mengenali dan memuja diriNya. Jika setelah mempelajari fakta2 ini, masih juga anda seorang Muslim maka bagi anda semua di atas oke-oke saja. Semua akhirnya bermuara pada siapa diri kita ini dan nilai-nilai apa yang benar menurut hati nurani kita.
Jika saya percaya ada Setan, saya sudah pasti akan katakan, Allah Islam itu adalah Setan sebab perbuatan2nya menyingkapkan identitas aslinya dan sepak-terjangnya berciri Setan. Namun sebagaimana yang telah saya katakan, bahwa memang ada Muslim yang mengikuti Islam bukan karena Islam itu baik tapi karena Islam semata-mata mengukuhkan nilai-nilai (bengis) yang mereka asli pegang. Untungnya mayoritas umat, yang menamakan diri mereka Muslim, memiliki nilai-nilai yang berbeda daripada yang diajarkan oleh Islam. Mereka percaya pada kebaikan, kelayakan, kepada persamaan status semua orang tidak pandang kepercayaan dan jenis kelamin. Mereka percaya pada cinta dan bukan kebencian dan mereka ingin merangkul seluruh kemanusiaan dengan bersahabat, bukan membunuhi manusia dengan alasan agama mereka tidak benar.
Orang-orang inilah yang sewaktu sadar melihat wajah Islam sebenarnya akan terus meninggalkannya (murtad). Dan dikarenakan pengetahuan ini tersebar dengan sangat cepat, jutaan orang Muslim meninggalkan Islam dan eksodus ini sedang memperoleh momentum. Sedikit masa lagi tidak akan ada yang tertinggal dari Islam kecuali sebuah nama buruk dan kenangan yang pahit. Namun tidak semua Muslim akan meninggalkan Islam. Para penjahat dan mereka yang memang dari sananya sudah dipenuhi benci akan tetap setia kepada Muhammad sama juga seperti tetap akan ada neo-nazi yang masih mengelu-elukan Hitler. Tetapi jumlah mereka akan susut dan daya bahaya mereka akan tertahan.
hihihihihihihihihihihihi teruslah membacot sampai kamu melihat azab yang dijanjikan Allah kepada mereka yang durhaka. I'd love to see your body being burnt alive forever...
ReplyDeleteMemang Islam itu agama untuk orang Arab (lokal), bukan untuk bangsa-bangsa lain kerana agama ini mengambil 100% keperibadian Arab. Jika ia agama antarabangsa, sudah tentulah bahasa dan budayanya tidaklah Arab. Bangsa Nusantara sudah hilang identitinya bila agama Islam masuk ke sini. Mereka sudah jadi orang Arab dengan nama Arab dan budaya Arab. Tahukah anda bahawa orang Arab itu menganggap orang Islam bukan Arab adalah seperti binatang? Lihatlah pembantu rumah Indonesia yang bekerja di Arab Saudi diperlakukan seperti binatang. Itu sebabnya semua nabi dan rasul tidak seorang pun berbangsa Nusantara, India atau China. Diharap kita berdiskusi secara beradab sopan untuk mengembalikan identiti Nusantara.
ReplyDelete@bawah
ReplyDeleteIslami banget komentarnya..
insyallah kita ditunjukan jalan yang benar. amin ya rab
ReplyDeleteSetuju..klu ingin mengerti ISLAM pelajari alquran..klu mengajarkan kebencian berarti memang ajaran kebencian tapi klu tidak berarti tidak. Bagi Gue..arab itu penjahat dunia..pusat manusia2 munafiq dimana wanita bagaikan budak nafsu para lelaki. Mungkin islam disebarkan agar Haji makin banyak dan arab makin kaya...adeeehhh..bodo kali yang mau dibodohi arab
ReplyDeletekata yang tulis artikel begini; Kita semua telah membaca ayat2 Quran yang dipenuhi benci/dengki sama dengan yang telah saya baca,
ReplyDeletelah bacanya sampe mana??????
hijaiyah kali ah.....?????
hadis sepotong2 aj belagu
sepotongnya lagi ngarang...
firman tau terjemahannya aja sok,,,,!!!!!
MAAF SODARA UNAYAH.
ReplyDeleteBISAKAH ANDA BERBICARA LEBIH SOPAN.
HAL SEPERTI INILAH YANG MEMBUAT BANYAK ORANG MENGANGGAP AGAMA ANDA ITU DIBENUHI KEBENCIAN.
BIARLAH WAKTU YANG MENILAI KARENA WAKTU ITU SELALU MENILAI SEGALANYA SECARA APA ADANYA BERBEDA DENGAN PENILAIAN MANUSIA YANG CENDERUNG PENUH REKAYASA.
SAYA TANYA KEPADA ANDA ,JIKA AGAMA ANDA TIDAK DIPENUHI KEBENCIAN KENAPA BANYAK SEKALI UMAT ISLAM YANG MELAKUKAN TINDAKAN KEKERSAN TERHADAP NON ISLAM.DAN HAL INI DIPERKUAT LAGI DENGAN ADANYA TIDAKAN KEKERASAN YANG MEREKA LAKUKAN ITU SELALU MENGATAS NAMAKAN PERINTAH AGAMA(ISLAM tentunya).
BUKANKAH HAL INI SUDAH JELAS BAHWA AGAMA ANDA MEMANG DIPENUHI KEBENCIAN DAN KEINGINAN JAHAT UNTUK MENGHANCURKAN NON ISLAM.PADAHAL BANYAK NON ISLAM ITU YANG BAIK,DAN TIDAK SEMUA NON ISLAM ITU MEMUSUHI ISLAM.TETAPI KENAPA ORANG ISLAM TIDAK BISA MEMBEDAKAN MANA YANG MEMUSUHI MANA YANG TIDAK?
SEKARANG COBA DEH SEBUTKAN PEMUKA AGAMA NON ISLAM YANG MEMUSUHI ISLAM ! TIDAK ADA KAN PEMUKA AGAMA NON ISLAM YANG MEMUSUHI ISLAM APALAGI SAMPAI BERBUAT KEKERASAN.
tolong sebutin pendeta kristen,katolik,hindu,buddha,kejawen,sikh,tao,dan konghucu yang memimpin penyerangan dan melakukan tindak kekerasan terhadap umat islam.
gak ada satupun kan.
SEDANGKAN DIPIHAK ISLAM BANYAK SEKALI PEMUKA AGAMA ISLAM(ustad dan semacamnya) YANG SERING MELAKUKAN TIDAK KEKERASAN TERHADAP NON ISLAM,buka mata anda!
jika ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh non islam kepada umat islam itu semata-mata karena masalah politik,ekonomi,sosial,ras,dan lain sebagainya,yang pasti bukan masalah agama.
jika kami kaum non islam kalau mau konflik gak pernah tu membawa-bawa agama seperti gaya kaum anda.kalau mau konflik ya langsung konflik aja gak usah bawa-bawa agama.agama itu adalah sebuah jalan universal untuk mencapai cita2 tertinggi bukan untuk dijadikan sebagai bahan untuk dikonflikan.
norak tahu gak.sudah gak jamannya lagi konflik agama itu.pada hakikatnya semua agama itu sama tidak ada yang rendah dan tinggi yang membedakan hanya pencapaian dan jalanya saja.hargain dong agama lain ,anda tahu gak sih agama itu adalah hak azasi manusia yang paling hakiki.maka oleh karena itu hargailah kebebasan beragama,jangan hanya dimulut saja tetapi praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan jadikanlah berbuat kebajikan itu adalah modal untuk mencapai kebahagian maka dengan demikian tidak akan ada yang dirugikan.sehingga semuanya akan saling menguntungkansatu sama lain.
jangan mentang-mentang kaum anda adalah kaum mayoritas terus berbuat semau-maunya sendiri.ingat masih ada orang lain yang juga ingin hidup aman nyaman tentram dan bahagia.
Muslim dan islam memang ada bedanya, dan jika muslim menjadi teroris atas nama islam , berarti dia adalah islam teroris.
ReplyDeleteJika ada islam hanya ikutan ajaran sesat bangsa Arab dan dapat dibodohkan oleh ajaran sesat bangsa Arab...Dia adalah islam KTP.
Tetapi bentuk islamnya sama...jika beriman kepada Al Quran ciptaan Muhammad bangsa Arab, dia menjadi islam keturunan biadab...sama dengan bangsa Arab menjadi biadab karena perkosa TKI lalu membunuhnya...dia sama biadab dengan nabi Muhammad.
pepatah mengatakan "DUNIA PENJARA BAGI ORANG MUSLIM DAN SURGA BGI ORG KAFIR"
ReplyDeleteartinya mereka (kafir /yahudi) dikasih kelebihan,kesenangan,kebebasan hanya di dunia saja,dan akan sesat nnti di AKHIRAAT..
Bagaimana kita mau jadi sopan, sedangkan islam tidak peenah sopan...kalau islam itu soban...tak ada teroris islam...kapan islam itu sopan tentang agama lain..? bisa jawab ?
ReplyDeletefaktanya, dunia ini harus memerlukan kesimbangan antara putih dan hitam (dualisme), kalau terlalu putih itu adalah surga. kalau terlalu hitam itu adalah neraka. Di dalam dunia ini sudah ada surga dunia dan neraka dunia. manusia di dunia ini juga terikat dualisme di dalam diri masing2, untuk itulah di beri akal budi yang sehat untuk memilih ajaran putih dan hitam. Kalau di dunia ini hanya ada ajaran Yudaisme, Hindu, Tao, Buddha, Kong Hu Cu, Kristen, ini akan membuat dunia tidak adanya keseimbangan putih dan hitam, maka untuk menjaga keseimbangan itu haruslah lahir ajaran baru agar terjadi keseimbangan tersebut dan itu mutlak di perlukan.. alkitab juga sudah mencatat dan bernubuat akan lahirnya hal ini. tq
ReplyDeleteTulisan yang gak ada bobotnya...100% ngibul nih tulisan.
ReplyDeleteSekolah lagi yang tinggi, baru bikin tulisan yang berbobot.