Muhammad telah mengawini 21 istri :
1. Khadijah bt.Khuwaylid
Untuk Khadijah nanti akan saya bahas secara terpisah
2. Saudah bt, Jamah
Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.
Kesalahan Saudah adalah karena dia tua dan berbadan besar, mungkin cenderung gemuk dan tidak lezat seperti tharid ala Aisha. Saat sudah tua dan tidak menarik, terus diancam cerai oleh Muhammad agar yang bersangkutan dapat terbebas dari kewajiban untuk memenuhi hasrat seksual sang istri dan berpaling ke istri lainnya yang jauh lebih muda.
3. Aisha bt. Abu Bakr
Aisha adalah anak Abu Bakar yang dinikahi oleh Muhammad saat berusia 6 atau 7 tahun, dan sudah disetubuhi oleh Muhammad saat berusia 9 tahun. Sedangkan Muhammad sendiri saat itu telah berumur 50 tahun, menyetubuhi ketika berumur 53 tahun.
… Rasulullah … menikah dengan Aisyah ….. Ketika itu Aisyah berumur enam tahun. Kemudian pada bulan Syawal tahun pertama hijrah, beliau mulai menggaulinya, di Madinah. Ketika itu Aisyah berumur sembilan tahun. (Mubarakfury, halaman 185)
Diceritakan oleh Aisha: Bahwa Nabi menikahinya ketika ia berusia enam tahun dan berhubungan suami istri ketika dia berusia sembilan tahun, dan dia tetap menjadi istrinya selama sembilan tahun (yaitu sampai kematian Nabi). (Hadis Bukhari 62:64)
Pernikahan ini diperkitakan terjadi pada tahun 620 M, beberapa bulan setelah kematian Khadijah, istri pertama Muhammad. Ketika Muhammad wafat, dia berumur 18 tahun, ia meninggal diumur 57 tahun.
4. Hafsah bt. Umar
Sebelum itu Hafsha adalah isteri Khunais – termasuk orang yang mula-mula dalam Islam - yang sudah meninggal tujuh bulan lebih dulu sebelum perkawinannya dengan Muhammad.
Usia Hafsah sendiri saat Khunais gugur baru 18 tahun, yang berarti dia dinikahi Muhammad saat berusia sekitar 19 tahun.
5. Umm Salamh
6. Juwayriyah
Dalam salah satu peperangannya, pasukan Islam berhasil mengalahkan suku Mustaliq yang dipimpin oleh Harits, anaknya yang bernama Juwariya menjadi tawanan. Dalam salah satu kesempatan Juwariya ingin menemui Muhammad SAW untuk membicarakan pembebasannya. Saat itu Muhammad SAW sedang berada di rumah Aisah dan solusi yang diajukan Muhammad SAW setelah melihat kecantikan Juwariya adalah dengan menikahinya.
Muhammad menikahinya ditahun 628, ketika ia berumur 58 dan Juwairiah 20 tahun. Pernikahan terjadi setelah pernikahan Muhammad dengan Zainab Binti Jahsh. Dia menikah dengan Muhammad selama 4 tahun, dan hidup selama 39 tahun lagi setelah kematian Muhammad. Dia mati ditahun 670. Dia seorang Yahudi.
7. Umm Habiba bt. Abi Sufyan
Sewaktu dia tiba di Medinah, Abu Sufyan pertama-tama mengunjungi anak wanitanya yang bernama Umm Habibah bt. Abu Sufyan. Ketika Umm Habibah kembali dari Ethiopia, dia dijadikan istri Muhammad yang ke-9 setelah suaminya mati di Ethiopia. Ketika Abu Sufyan masuk ke kamar anaknya dan hendak duduk diranjang Muhammad, Umm Habibah melarangnya untuk duduk di situ. Dia memaki Abu Sufyan dan mengatakan bahwa ayahnya sebagai seorang pagan adalah orang najis (kotor) dan tidak pantas untuk duduk di ranjang Muhammad yang suci. Abu Sufyan sangat gusar akan sikap anaknya yang kurang ajar itu dan dia berkata pada Umm Habibah bahwa setan jahat telah merasukinya sejak dia meninggalkan Abu Sufyan dan memeluk Islam.
8. Zainab bt Jahsh
Zainab, adalah menantu Muhammad, semula ia adalah istri dari anak angkat Muhammad. Kenyataan bahwa Muhammad menjadikan wanita ini sebagai istrinya merupakan masalah bagi banyak orang termasuk orang-orang Muslim sendiri. Wanita inilah satu-satunya yang dijodohkan Allah kepada Muhammad serta membukukannya dalam Al-Qur’an. Padahal ia tadinya adalah istri dari Zaid bin Haritha yang adalah anak angkat Muhammad sendiri. Keinginan dan api cinta terhadap Zainab mulai muncul ketika keduanya bertemu dirumah Zainab yang masih sebagai Nyonya Zaid.
Sumber :
Lings, halaman 341 – 342 :
Suatu hari, nabi pergi kerumah Zaid …. Ketika beliau datang Zaid sedang tidak ada di rumah. Zainab, karena tidak menyangka akan ada tamu diwaktu-waktu tersebut, sedang berpakaian seadanya. ….. Zainab lari kepintu tanpa mengenakan alas kaki untuk mempersilahkan nabi masuk dan menunggu hingga suaminya kembali. “Dia sedang tidak ada hai Rasulullah” katanya, tetapi demi bapak dan ibuku, silahkan masuk”. Saat Zainab berdiri dipintu, ia tampak berseri-seri dan riang gembira, dan nabi kagum oleh kecantikannya’.
Atau penuturan yang berikut.
Sumber :
Abbas Jamal, halaman 55
Tapi apa lacur, sedang baginda nabi mengucapkan asalamu’alaikum sebagaimana lazimnya berliau bertamu, maka yang menjawab adalah Zainab istri Zaid yang dalam keadaan sedang terburu-buru membetulkan pakaiannya yang belum sempurna terpakai. Tentu saja hal ini berakibat tampaknya sebagian aurat Zainab oleh Rasulullah… Setengah riwayat menyatakan bahwa Zainab dalam keadaan berpakaian tipis ……
Menurut Encyclopedia Wikipedia, Zainab lahir 593 dan dinikahi Muhammad sekitar 628 M.
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wi
Zaynab bint Jahsh (born c. 593) …… The estimation places the marriage in 628.
Berarti saat dinikahi oleh Muhammad yang berumur 58 tahun, Zainab berusia sekitar 35 tahun. Yah, belum tua rentalah. Masih kira-kira sekitar usia Paramitha Rusady saat bercerai dari Gunawan. Dan jelas Zainab adalah wanita cantik yang dilihat oleh Muhammad dalam kondisi berpakaian seadanya dan tipis lagi sehingga Muhammad tidak dapat menahan nafsunya untuk menikahi Zainab. Dia meninggal tahun 641. Dia menjadi istri pertama yang meninggal setelah kematian Muhammad.
9. Safiah bt. Huyayy
Safiah sebetulnya telah diambil oleh Dihyah, namun setelah Muhamamd SAW melihat betapa cantiknya Safiyah maka diambilnya Safiyah dari tangan Dihyah.
Sumber :
Mubarakfury, halaman 561 – 562
Dihyah bin Khalifah al Kalabi muncul dan berkata, “Wahai nabi Allah, berikanlah kepadaku satu tawanan wanita.” Beliau berkata,”Pergilah dan ambil satu tawanan wanita.” Dihyah kemudian mengambil Safiyah binti Huyay. Setelah itu datang seseorang kepada Nabi dan berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah anda memberikan Safiyah putri pemimpin bani Quraizah dan bani Nadhir kepada Dihyay? Safiyah hanya pantas milik anda.” “Panggil dia bersama Safiyah!” kata beliau. Dihyah datang bersama Safiyah. Setelah memandangi Safiyah, nabi berkata kepada Dihyah, “Ambillah tawanan wanita selainnya!”.
Yah setelah melihat betapa cantiknya Safiyah yang masih berusia 17 tahun, Muhamamad dengan teganya mengambil Safiyah dari Dihyah. Kok jadi plin-plan yah begitu melihat wanita cantik. Safiyah menikah, diumur 17 tahun dengan Muhammad 58 tahun, pada hari yang sama ketika dia menyaksikan ayah dan suaminya dipancung oleh Muhammad. Dia bersama Muhammad selama 4 tahun, berumur 21 ketika sang nabi mati. Dia menjadi janda selama 39 tahun, meninggal ditahun 673 pada umur 60.
10. Maymunah bt. Al-Harith
11. Sana bt. Asma or Saba bt. Asma.
Sana mati sebelum Muhammad sempat menyetubuhinya.
12. al-Shama bt. Amr al-Ghifariyaah.
Muhammad menceraikannya karena meragukan kenabian Muhammad..
13. Ghaziyyah bt. Jabir or Umm Sharik.
Dia sebelumnya pernah menikah dan punya anak laki bernama Sharik. Dia cantik tapi tidak mau berhubungan seks dalam pernikahan. Muhammad menganggapnya tua (hal. 139); jadi dia mengembalikan Ghaziyyah ke masyarakatnya kembali.
14. Amrah bt. Yazid or Umm Sharik.
Osme mengatakan dia memberikan dirinya sendiri pada Muhammad (33:50). Perkawinan tidak diikuti dengan persetubuhan.
15. Asma bt. Al-Numan.
Dia menderita penyakit kusta, sehingga Muhammad menceraikannya dan memberinya uang ganti rugi.
16. Zaynab bt. Khuzaymah
Juga dikenal sebagai Umm al-Masakin (ibu bagi yang miskin)
17. Al-Aliyaah bt. Zabyan.
Dikisahkan bahwa dia mengintip melalui pintunya untuk melihat orang2 di mesjid. Maka Muhammad menceraikannya setelah membayarnya uang ganti rugi (lihat catatan kaki 919)
18. Qutaylah bt. Qays
tapi Muhammad keburu mati sebelum berhasil menyetubuhinya. Qutaylah dan saudara lakinya lalu murtad ke luar Islam.
19. Fatimah bt. Shurayh (Sara)
20. Kawlah bt. Hudhayl
21. Layla bt. Al-Khatim. Dia menawarkan dirinya pada Muhammad dan Muhammad mengambilnya sebagai istri. Ketika orang banyak mencelanya karena kawin dengan Muhammad, dia lalu minta cerai dan dikabulkan Muhammad.
Orang2 biasa mengatakan bahwa Muhammad itu mata keranjang (Tabari, vol.ix, hal.139).
Daftar para wanita yang dilamar Muhammad tapi tidak dikawini :
1. Umm Hani bt. Abi Talid — dia punya anak kecil
2. Dubbah bt. Amir — terlalu tua
3. Safiyyah bt. Bashshamah — tawanan perang
4. Umm Habiba bt al-Abbas — yatim piatu
5. Jamrah bt. Al-Harith — menderita kusta
6. Khawlah bt. Hakim
7. Amamah bt. Hamzah
Gundik2 Muhammad :
1. Mariyah bt. Shamun
2. Rayhanah bt. Zayd al-Quraziyaah
Pernikahan tanpa hubungan seksual :
Mulaykah bt. Kab al-Laythi — Muhammad menceraikannya atau Mulaykah meninggalkannya ?
" Muhammad lalu menikahi Mulaykah bt Daud al-[i]Laythiyaah[/i]. Sebelum mengawini Mulaykah, Muhammad membunuh ayahnya pada hari kedua ia menaklukkan Mekah. Ini diceritakan padanya oleh istri2 Muhammad. Salah satu istri Muhammad datang kepada Mulaykah dan berkata padanya, “Apakah kau tidak malu menikahi pria yang membunuh ayahmu?” [256] Karena itu Mulaykah yang muda dan cantik meninggalkan Muhammad."
Salah satu ulama Muslim yang terkenal, Burhan El-Deen Al-Halabi, membahas hak-hak khusus dari Muhammad dalam bukunya yang terkenal, Al-Sira Al-Halabia. Al-Halabi mengatakan:
“Jika Muhammad menginginkan wanita yang belum menikah, dia mempunyai hak untuk memasukinya (menikahinya) tanpa upacara pernikahan dan tanpa saksi atau wali. Persetujuan wanita itu juga tidak diperlukan. Namun, jika wanita tersebut sudah menikah dan Muhammad menunjukkan keinginannya terhadap dirinya, adalah sebuah keharusan bagi suaminya untuk menceraikannya, agar Muhammad dapat menikahinya. Muhammad juga mempunyai hak untuk memberikan wanita yang dinikahinya itu kepada lelaki manapun yang ia pilih, tanpa persetujuan wanita tersebut. Dia bahkan juga dapat menikah pada musim lebaran, sebagaimana yang dia lakukan dengan Maimunah. Dia juga mempunyai hak untuk memilih dari para tawanan, siapapun yang dia inginkan, sebelum pembagian hasil jarahan perang.” [33]
[33] Al-Sira Al-Halabia, Vol. III, hal. 377
No comments:
Post a Comment